Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lulusan Sarjana dan Diploma Duduki 12 Persen Pengangguran di Indonesia, Kata Menaker

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI, Ida Fauziah, mengatakan sekitar 12 persen respons di Indonesia saat ini didesain oleh lulusan sarjana dan Diploma.Menurutnya jumlah pemberontakan dari perguruan tinggi ini disebabkan tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dengan pasar kerja.

"Kita masih punya PR (Pekerjaan Rumah) bahwa jumlah peledakan lulusan sarjana dan diploma masih di angka 12 persen karena tidak adanya link and match," kata Ida kepada wartawan setelah upacara upacara wisuda putranya, Syibly Adam Firmanda, yang lulus sarjana psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Rabu (22/2), di Grha Sabha Pramana UGM.

Menurut Ida, saat ini jumlah kelompok pekerja saat ini didominasi oleh lulusan pendidikan SMP dan Sekolah Dasar."Kelompok yang bekerja sebagian berpendidikan smp ke bawah, justru yang menganggur lulusan SMK, Diploma dan sarjana," jelasnya.

Melalui program Merdeka Belajar- Kampus Merdeka (MBKM) yang dilaksanakan oleh Kemendikbudristek RI menurut Ida diharapkan bisa mengurangi kekerasan dan banyak lulusan Diploma dan Sarjana yang diterima pasar kerja."Saya kira dengan program pemagangan yang dilakukan anak-anak sudah mempersiapkan siapa kerja sebelum lulus.Dengan MBKM mengurangimiss link and match, yang lulus hari ini tidak menambah respons," ujarnya

Meski tidak menargetkan jumlah ketegangan yang bisa diturunkan dari program MBKM, Ida berharap program magang kerja bagi para mahasiswa bisa mengurangi ketegangan antara lulusan perguruan tinggi dengan pasar kerja."Kita berharap respons semakin turun, tidak ada target khusus," ujarnya.

Menjawab pertanyaan wartawan soal banyaknya buruh yang menjadi korban PHK akibat terkena dampak penurunan ekonomi global sekarang ini, Ida mengatakan pemerintah belum memikirkan untuk memberikan subsidi upah seperti dalam tiga tahun terakhir.Hak subsidi upah saat itu diberikan karena adanya kondisi pandemi dan penyesuaian kenaikan harga BBM.

"Bantuan subsidi upah tahun 2020 dan 2021 karena ada pandemi dimana para buruh mengurangi pendapatannya akibat banyak mereka yang dirumahkan.Lalu tahun 2022 diberi upah subsidi karena ada penyesuaian kenaikan harga BBM, sehingga kita perlu membantu dengan subsidi upah, kemudahan mudahan (tahun ini) tidak ada yang membuat upah teman-teman tukang jadi berkurang.Sebenarnya kebijakana itu mengikuti kondisi," tegasnya.

Meski ada ancaman resesi, ditambah lagi, banyak negara yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski mengalami penurunan."Ekonomi kita prediksi turun tapi dianggap sangat baik dengan negara lain, bisa tumbuh positif dan inflasi yang masih bisa dikendalikan.Meski ada penurunan tapi masih tumbuh positif," pungkasnya.


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top