Lukisan-lukisan Perupa Kelas Dunia Ini Tampil di Art Jakarta
LUKISAN ”BARONG” I Lukisan berjudul Barong karya I Made Sukadana dipamerkan pada Pameran Art Jakarta, di JCC, Jakarta, Jumat (26/8). Pameran yang digelar dari tanggal 26 hingga 28 Agustus ini menampilkan sejumlah karya seni dari seniman dalam dan luar negeri.
Foto: KORAN JAKARTA/M FACHRIJAKARTA - Art Jakarta 2022 hadir kembali di Jakarta pada 26-28 Agustus 2022. Pameran yang berlangsung di JCC Senayan, Jakarta, menghadirkan beberapa lukisan dan karya tiga dimensi dari bermacam aliran.
Sederet galeri dan seniman, baik dari Indonesia maupun internasional memeriahkan acara pameran ini. Art Jakarta ini merupakan kali kedua yang diselenggarakan pada tahun 2022.
Pada April 2022, Art Jakarta memperkenalkan sebuah konsep baru, Art Jakarta Gardens, yang diselenggarakan di ruang terbuka Hutan Kota by Plataran, Jakarta.
Pameran kali ini menekankan pada karya patung dan instalasi di lingkungan taman, serta tenda khusus yang ditempati 20 booth galeri seni terkemuka di Indonesia untuk memamerkan karya-karya seniman mereka.
Ada beberapa karya menarik yang hadir pada pameran ini, di antaranya adalah karya dari I Made Sukadana dengan judul Barong bertahun 2013. Lukisan akrilik di atas kanvas ini memiliki dimensi tinggi 220 cm panjang 240 cm.
Sukadana menggunakan aliran abstrak ekspresionisme Bali, gaya visual yang meluapkan secara bebas ikonografi Bali. Pada lukisan ini, ia menampilkan gambaran barong lengkap dengan ornamennya. Pada latarnya didominasi warna emas campur abu-abu dengan guratan-guratan.
Sukadana lahir di Banjar Tohpati, Karangasem, Bali, pada tanggal 12 Maret 1966. Seniman ini meninggal pada 2018, di Yogyakarta. Ia belajar seni di Sekolah Menengah Denpasar, Bali, dari tahun 1982 hingga 1986.
KORAN JAKARTA/M FACHRI
Lukisan berjudul Shine On karya Gabe Weis
Lukisan Tradisional
Ia juga serius mempelajari lukisan tradisional. Dalam empat tahun, ia belajar dan mempraktikkan seni tradisional Gusti Nyoman Lempad di rumah Tu Biyang, salah satu anak sang Maestro itu.
Lukisan menarik selanjutnya adalah karya berjudul Menimbang (166 x 140 cm) karya Desy Gitary. Sebuah lukisan arang dan pastel lembut di atas kertas yang menggambarkan seorang perempuan sedang rebahan. Dalam lukisannya itu, Desy berbicara tentang karakter, kenangan, harapan, kemajuan, penyembuhan, terutama terkait dengan perempuan.
Memang sebagian besar karyanya tentang sosok manusia, khususnya wanita. Dia menempatkan banyak lapisan juga banyak garis pendek dalam karyanya, mewakili kerumitannya tentang pikiran dan perasaan. Sejak 2016, Desy memiliki tiga pameran tunggal.
Desy lahir 26 Juni 1980, di Lampung. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana komunikasi di Universitas Prof Dr Moestopo (B), Jakarta. Sebelumnya, Desy adalah jurnalis, pembawa berita, penulis naskah, namun masih menulis hingga sekarang.
Pameran ini juga menampilkan karya Gabe Weis dengan judul Shine On (121,9 x 91,4 cm) bertahun 2021. Lukisan ini menampilkan karya abstrak. Ia juga sering bermain dengan gaya pop art, yang penuh warna-warna tegas.
Sedangkan karya Xi You Ji tampil dengan judul Journey to The West. Lukisan bergaya Tiongkok yang klasik menggambarkan perjalanan orang Tionghoa yang pergi ke barat dengan transportasi kuda.
Lukisan selanjutnya adalah karya Yohei Yama. Lukisan tanpa judul ini memiliki dimensi 150 cm x 120 cm. Ia menampilkan gambar kotak yang kemudian bergelombang pada sisi lain membentuk jajaran genjang.
KORAN JAKARTA/M FACHRI
Lukisan berjudul Seeking The Soul karya Yayoi Kusama.
Seniman Kontemporer
Yohei Yama adalah seniman kontemporer Jepang yang tinggal di Kota Ho Chi Minh. Sebagai seorang fotografer, ia awalnya tidak bertujuan untuk melukis, tetapi ia memiliki sejarah menjadi seorang pelukis dengan cara yang misterius.
Lukisan lainnya adalah Seeking the Soul (60,5 cm x 72,5 cm) karya Yayoi Kusama. Dibuat dengan teknik embossing layar sutra memainkan lima warna. Lukisannya memukau penonton di seluruh dunia dengan infinity mirror rooms yang imersif dan estetika yang mencakup cahaya, bintik-bintik, dan labu.
Kusama menjadi artis avant-garde pertama kali yang terkenal pada tahun 1960-an di New York, di mana ia mementaskan Happenings yang provokatif dan memamerkan lukisan-lukisan loop dan titik-titik halusinasi yang ia sebut infinity nets. Kusama juga mempengaruhi Andy Warhol dan menandai kebangkitan seni feminis dan pop.
Dia telah menjadi subjek pameran besar di Museum of Modern Art, Centre Pompidou, Tate Modern, dan National Museum of Modern Art di Tokyo. Pada tahun 1993, Kusama mewakili Jepang di Venice Biennale. Hari ini, karyanya secara teratur dijual seharga tujuh angka di pasar sekunder.
Sepanjang latihannya yang berbeda, Kusama terus mengeksplorasi gangguan obsesif-kompulsif, seksualitas, kebebasan, dan persepsinya sendiri. Pada tahun 1977, Kusama secara sukarela memeriksakan dirinya ke rumah sakit jiwa di Tokyo, di mana dia terus tinggal sampai sekarang.
KORAN JAKARTA/M FACHRI
Lukisan berjudul Menimbang (Weighing) karya Desy Gitary
KORAN JAKARTA/M FACHRI
Lukisan tanpa judul karya Yohei Yama asal Vietnam.
KORAN JAKARTA/M FACHRI
Lukisan berjudul Xi You Ji (Journey To The West) karya Jin Kuan.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Haryo Brono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hasil Survei SMRC Tunjukkan Elektabilitas Pramono-Rano Karno Melejit dan Sudah Menyalip RK-Suswono
- 2 Cagub DKI Pramono Targetkan Raih Suara di Atas 50 Persen di Jaksel saat Pilkada
- 3 Panglima TNI Perintahkan Prajurit Berantas Judi “Online”
- 4 Tim Pemenangan Cagub dan Cawagub RIDO Akui Ada Persaingan Ketat di Jakut dan Jakbar
- 5 Pemkab Bekasi Diminta Gunakan Potensi Daerah