![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Lukisan khombouw, jejak budaya yang tetap lestari di Sentani
Mama Martha Ohee perajin lukisan kulit kayu di galeri miliknya yang beralamat di Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Foto: ANTARA/Agustina Estevani JanggoJayapura -- "Saat itu, mama masih berusia 13 tahun. Niat sebagai seorang anak untuk membantu bapa (orang tua) mengerjakan kulit," kata Martha Ohee, mengenang awal mula dia menggeluti kerajinan khombouw.
Perajin kulit kayu khas Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur itu hingga saat ini hidup dari hasil kerajinan tangan melukis kulit kayu.
Lukisan kulit kayu dalam bahasa Sentani Timur disebut khombouw yang merupakan karya seni tradisional khas Suku Sentani, atau tepatnya dari Pulau Asei, Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.
Khombouw memiliki nilai filosofi dan sakral bagi masyarakatnya. Saat ini, khombouw telah berkembang menjadi identitas budaya yang kaya akan makna dan diwariskan turun-temurun.
Di dalam sebuah bangunan galeri kerajinan tangan, Martha Ohee menceritakan kisahnya mulai menekuni usaha seni melukis yang diwariskan dari orang tuannya.
Bermula dari kebiasaan sehari-hari menemani dan membantu orang tua mengerjakan kerajinan khombouw, Martha yang ketika itu masih berusia 13 tahun bertumbuh seperti anak gadis pada umumnya.
Memasuki usia 20 tahun, perempuan yang biasa dipanggil Mama Martha itu mencoba membuat topi untuk dipakai saat bersantai. Dari situlah titik awal dia belajar membuat produk-produk yang berbahan dasar kulit kayu.
Teknik pembuatan
Proses pembuatan khombouw dimulai dengan menebang pohon khusus yang kulitnya akan diolah menjadi lembaran kain kayu. Kemudian, kulit dari pohon tertentu itu dikupas menggunakan parang atau kapak besi.
Kulit kayu yang telah dikupas itu selanjutnya ditumbuk menggunakan lempengan besi hingga melebar dan menjadi lembaran tipis.
Lembaran kulit kayu itu kemudian dijemur hingga kering sempurna, sebelum digunakan sebagai media untuk melukis.
Motif pada lukisan kulit kayu itu digambar menggunakan pewarna alami, sehingga menjadikan khombouw sebagai karya seni khas Suku Sentani.
Teknik membuat khombouw ini telah berlangsung turun- temurun dan tetap dijaga oleh masyarakat adat di Kampung Asei yang mendiami Pulau Asei di Sentani Timur.
Mama Martha merupakan perempuan Sentani pertama yang berinovasi membuat beragam kerajinan tangan berbahan dasar kulit kayu. Karya-karyanya ini telah mengantarkan Mama Martha berkeliling ke lima negara.
"Puji Tuhan, mama sudah injak lima negara untuk mempromosikan produk kerajinan tangan dari kulit kayu, yakni ke Belanda, Australia, Jerman, Amerika dan PNG," katanya.
Wanita paruh baya kelahiran Asei, 23 April 1968, ini telah mendapatkan banyak penghargaan atas karya-karya seninya.
Salah satu daya tarik utama dari khombouw adalah motif-motif yang digambarkan di atas lembaran kulit kayu. Motif ini bukan sekadar hiasan, tetapi memiliki makna mendalam. Bahkan, ada motif tertentu yang hanya boleh digunakan oleh seorang pemimpin adat (ondofolo).
Beberapa motif yang umum ditemukan pada khombouw, di antaranya motif buaya yang memiliki makna atau simbol kekuatan dan kepemimpinan. Motif buaya ini hanya digunakan oleh ondofolo.
Motif lainnya adalah yoniki, yang melambangkan hubungan spiritual dan mitologi masyarakat Sentani. Ada juga motif matahari, sebagai simbol kehidupan dan kebijaksanaan.
Selain itu, motif ular yang melambangkan keberanian dan ketahanan, motif cicak dan kadal menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan keseimbangan hidup.
Berikutnya, motif kaki burung bangau melambangkan kebebasan dan perjalanan hidup, motif daun dan bunga hutan mewakili kesuburan dan kelestarian alam.
Sedangkan motif spiral atau melingkar mengandung filosofi perjalanan hidup yang terus berputar.
Semua motif yang tertuang pada kulit kayu itu sarat akan makna dan dihormati dalam budaya Sentani, karena khombouw sebagai medium ekspresi budaya yang sangat berharga.
Transformasi khombouw
Beberapa bentuk transformasi khombouw dalam kehidupan moderen adalah lukisan untuk hiasan dinding, suvenir, tas, pakaian, dan aksesoris khas Papua.
Dalam berbagai acara kebudayaan, khombouw tetap digunakan untuk menampilkan kekayaan seni dan filosofi masyarakat Sentani.
Meskipun mengalami perubahan fungsi, tetapi nilai sakral dan filosofi yang terkandung di dalam khombouw tetap dijaga oleh masyarakat Kampung Asei Besar.
Makna budaya yang mendalam pada lukisan kulit kayu ini telah membukakan jalan bagi Mama Martha, hingga dirinya telah bertemu secara langsung dengan figur pemimpin negara atau Presiden Republik Indonesia, yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi.
Karena itu, Mama Martha sangat bersyukur kepada Tuhan atas karunia talenta yang diberikan.
Mewariskan khombouw
Untuk menjaga kelangsungan khombouw, berbagai upaya dilakukan oleh Mama Martha, yakni memberikan pelatihan bagi generasi usia 20 tahun, dengan harapan budaya ini akan tetap terjaga.
Selain itu, ada juga berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat hingga lembaga kebudayaan. Saat ini, salah satu langkah penting yang menunjukkan kepedulian pemerintah pada kekayaan budaya tradisional dan upaya pelestariannya adalah pengusulan khombouw sebagai warisan budaya tak benda nasional oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua.
Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura Fred Modouw mengemukakan usulan ini bertujuan untuk mendapatkan pengakuan resmi dan perlindungan terhadap khombouw, serta mendorong regenerasi muda agar tetap melestarikan budaya leluhur.
Khombouw bukan hanya sekedar budaya, tetapi menjadi bagian dari sisi kehidupan nyata masyarakat suku Sentani, yang dituangkan dalam sebuah karya seni yang indah.
Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara rutin menggelar Festival Danau Sentani (FDS) yang merupakan upaya untuk mengangkat budaya asli suku Sentani.
Salah satu budaya yang selalu dan wajib dihadirkan dalam FDS adalah seni melukis di atas kulit kayu, yang pada awal pelaksanaan FDS pertama di 2008 telah memperoleh pengakuan rekor dunia kulit kayu terpanjang, yakni 100 meter, hasil karya dari Martha Ohee dan Agus Ongge.
Lukisan kulit kayu dari Kampung Asei Besar memiliki daya tarik budaya dan wisata yang tinggi, sehingga kampung ini secara rutin menerima kunjungan dari wisatawan mancanegara.
Pemerintah sangat mengapresiasi upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung Asei Besar, dan saat ini kerajinan dari kulit kayu atau khombouw telah menjadi bagian dari sumber perekonomian masyarakat setempat.
Hampir semua masyarakat di Kampung Asei Besar melukis, mulai dari orang tua, orang lanjut usia, dewasa, hingga anak-anak kecil, sudah mahir melukis di kulit kayu. Kenyataan itu menjadi kekayaan budaya yang unik dan tidak dimiliki suku lain di Papua, bahkan Indonesia.
Dengan motif khas yang memiliki makna mendalam, khombouw telah menjadi bagian dari perjalanan hidup masyarakat Sentani sejak lahir hingga wafat.
Dengan diusulkannya khombouw sebagai warisan budaya tak benda nasional, harapan besar terkandung di dalamnya, yakni agar seni tradisi ini dapat terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Keindahan dan filosofi khombouw adalah bukti bahwa seni dan budaya memiliki peran penting dalam membangun identitas suatu bangsa. Oleh karena itu, melestarikan khombouw berarti juga menjaga warisan budaya Papua agar tetap hidup sepanjang masa.
Berita Trending
- 1 Anggota Komisi IX DPR RI Pastikan Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Layanan Kesehatan Warga
- 2 Menteri Kebudayaan Fadli Zon Kunjungi Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin
- 3 Warga Kupang Terdampak Longsor Butuh Makanan dan Pakaian
- 4 Meringankan Beban Hidup, Pekerja Padat Karya Bebas Pajak Penghasilan
- 5 Klasemen Liga 1: Dewa United Geser Persija di Posisi Kedua