Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 10 Feb 2020, 01:00 WIB

Lontong Cap Go Meh Khas Semarang

Foto: Antara/Prasetia Fauzani

Lontong Cap Go Meh merupakan hidangan hasil perpaduan budaya dan rasa antara pendatang Tionghoa dengan masyarakat lokal (Jawa).

Lontong Cap Go Meh pada dasarnya merupakan hidangan sepiring lontong dengan sayur dan lauk lengkap khas Semarang, Jawa Tengah. Sepiring atau seporsi Lontong Cap Go Meh berisi lontong berbahan beras yang disajikan bersama sayur labu berkuah santan dengan lauk pendamping berupa opor ayam, sambal goreng hati, dan sejumlah pelengkap lainnya.

Penyajian Lontong Cap Go Meh berkaitan erat dengan rangkaian perayaan Imlek, tepatnya hari ke-15 atau yang familiar di masyarakat sebagai Cap Go Meh. Sementara itu, istilah Cap Go Meh sendiri berasal dari dialek Hokkian yang diartikan secara harfiah bermakna 15 hari atau malam setelah tahun baru Imlek.

Meskipun dikaitkan dengan hidangan perayaan Imlek, namun di daerah asalnya, sajian Lontong Cap Go Meh justru tidak dikenal. Pasalnya, makanan ini memang lebih merupakan hasil dari kreativitas imigran bangsa Tionghoa di Nusantara.

Bahkan di Indonesia, sajian Lontong Cap Go Meh hanya melekat pada tradisi kuliner peranakan Tionghoa di Pulau Jawa saja. Sajian ini juga tidak muncul di daerah-daerah peranakan lain seperti di Singkawang atau di Pontianak, Kalimantan Barat. Lauk di Lontong Cap Go Meh bisa dibilang sangat mirip dengan ketupat yang selalu hadir dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia. Sebab, asal usul Lontong Cap Go Meh memang merupakan produk peranakan Tionghoa Indonesia, utamanya di pesisir utara Pulau Jawa.

Dalam buku Makanan Tradisional Indonesia Seri Ke-2 yang diterbitkan oleh Gadjah Mada University disebutkan bahwa dalam sajian Lontong Cap Go Meh setidaknya terdapat penggabungan resep antara dua budaya kuliner, pemaknaan dan penyesuaian lidah. Asimilasi serta akultulturasi budaya inilah yang melahirkan penciptaan sajian Lontong Cap Go Meh.

Sejak Abad 14 Sebagai sebuah hidangan perayaan, Lontong Cap Go Meh sudah mulai ada sejak abad ke-14. Pada saat itu, Laksamana Ceng Ho tiba di pantai utara Pulau Jawa yang sangat kental dengan makanan tradisional, salah satunya adalah lontong.

Untuk menutup perayaan Cap Go Meh, Laksamana Ceng Ho kemudian meminta anak buahnya untuk mencarikan hidangan penutup Cap Go Meh. Hidangan yang dimaksud berupa sajian lontong yang sudah familiar di masyarakat saat itu.

Dari hasil kreativitas tersebut, akhirnya dikenal sebagai Lontong Cap Go Meh. Sajian asli untuk Lontong Cap Go Meh awalnya menggunakan kuah daging babi. Namun, untuk menghargai warga lokal maka kuah tersebut kemudian diganti dengan opor ayam sebagaimana yang dikenal masyarakat saat ini. Penyajian lontong dilakukan lengkap dengan sambal goreng hati ampela, sayur lodeh, dan juga bubuk kedelai yang membuatnya menjadi sangat gurih. Dalam penyajiannya pun, opor yang disajikan memiliki dua varian. Dua varian itu yakni opor putih dan juga opor kuning. Opor putih biasanya diolah tanpa tambahan kunyit. Jenis opor ini biasanya digemari oleh kalangan perempuan Tionghoa. Opor kuning sendiri merupakan bagian dari pengembangan penduduk asli Indonesia yang menambahkan kunyit pada bumbu untuk opor ini.

Tujuanya agar lebih cantik dalam tampilannya, tidak pucat, dan menyehatkan. Warna kuning juga diidentikkan dengan warna emas yang berkonotasi kemakmuran, karenanya terasa pas pada momen perayaan Imlek.

Adapun dari sisi rasa, kunyit juga mampu menjadi penyeimbang dari santan. Berbeda-beda Di Semarang, Lontong Cap Go Meh dilengkapi dengan sate abing. Masakan ini disebut juga sebagai opor merah, tapi pembuatannya jauh lebih rumit dari opor.

Karena mengunakan kelapa parut yang disangrai hingga kering kecokelatan, kemudian digiling sehingga menghasilkan cairan kental berwarna merah tua kecokelatan.

Cairan ini sebagai pengganti santan dalam memasak opor merah. Berbeda dari asalnya Semarang, di Solo, Jawa Tengah, Lontong Cap Go Meh disajikan tanpa opor ayam, tetapi hanya dilengkapi dengan sayur pepaya muda, rebung, telur, dan suwiran daging ayam, serta sambal goreng hati. Penggunaan lontong dalam sajian Lontong Cap Go Meh sendiri bukan tanpa makna.

Lontong yang padat dianggap berlawanan dengan bubur yang encer. Dalam anggapan tradisional Tionghoa, bubur kerap dikaitkan dengan makanan orang miskin atau makanan khusus orang sakit.

Sehingga lontong dalam sajian Lontong Cap Go Meh mengandung perlambang keberuntungan serta umur yang panjang karena bentuk lontong yang dibuat cenderung panjang.

Penyajian Lontong Cap Go Meh yang lengkap dengan telur dan lain sebagainya juga melambangkan keberuntungan. Apalagi kuah dalam Lontong Cap Go Meh memiliki warna kuning yang berarti kejayaan dan keberuntungan.

Sayur Godok Jadi Kunci Kelezatannya

Seporsi Lontong Cap Go Meh berisi potongan lontong yang disiram dengan sayuran berkuah santan seperti lodeh atau sayur godok. Kelezatan sayur godok ini menjadi begitu penting dan menentukan dalam sajian Lontong Cap Go Meh, termasuk sajian opor ayam sebagai lauk pendampingnya.

"Yang utama adalah sayur godoknya, karena lontong cenderung hambar. Jadi, untuk menyeimbangkan rasanya dari sayur godoknya ini," kata Chef Agus Surya dari Holiday Iin Jakarta Kemayoran, beberapa waktu lalu. Sayur godok, menurut Chef Agus, sebaiknya disajikan dalam kondisi hangat. Sementara lontong bisa disajikan dalam kondisi dingin.

"Kalau membuat dalam jumlah banyak untuk dua kali penyajian misalnya, sebaiknya sebagian disimpan. Jadi tidak menghangatkan berulang-ulang," sambung Chef Agus.

Proses menghangatkan sayur godok yang berulang-ulang akan membuat sayuran menjadi lembek dan mudah hancur. Warna kuahnya pun tak lagi cantik. Jika ingin lebih bervariasi, terang Chef Agus, sayuran untuk sayur godok bisa ditambah dengan kacang merah, kacang tolo, ataupun krecek.

Tak hanya sayur godok, lauk pendamping lain juga memainkan peran penting, terutama untuk opor ayam dan sambal goreng hati ampela yang biasa digunakan dalam kuliner peranakan yang satu ini.

"Opor ayam dan sambal goreng hati ampela bisa membuat rasa Lontong Cap Go Meh menjadi lebih kaya rasa," ucap Chef Agus. nik/S-2

Redaktur: Sriyono

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.