Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Wabah I Gencarkan Vaksinasi untuk Masyarakat

Lonjakan Kasus Covid-19 Perlu Terus Diwaspadai

Foto : Sumber: Covid19.go.id
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi mengatakan Indonesia perlu mewaspadai potensi lonjakan kasus positif Covid-19. Perkiraan terburuk, kasus akan naik sekitar 430 persen sampai 1 Maret 2022 kalau tidak melakukan upaya ketat.

"Kalau kita memperlemah penerapan protokol kesehatan, vaksinasi tidak mencapai target, dan testing serta tracing menurun," kata Sonny dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Senin (22/11).

Pemerintah mempelajari kasus positif Covid-19 dapat melonjak setelah libur panjang, baik pada momen Idul Fitri maupun Natal dan Tahun Baru, karena mobilitas masyarakat meningkat tidak hanya antarkota di dalam negeri.

"Ada juga mobilitas masyarakat balik dari negara lain. Ini yang kita harus waspadai sehingga perlu terus memperketat upaya screening bagi orang yang masuk untuk mencegah masuknya varian Covid-19 baru di Indonesia," katanya.

Dalam 13 minggu setelah Natal dan tahun baru 2020, kasus positif Covid-19 meningkat hingga 398 persen. Begitu pula saat varian delta mulai menyebar di Indonesia setelah Idul Fitri 2021, kasus positif Covid-19 meningkat hingga 900 persen dalam 8 minggu.

Namun demikian, dalam 2,5 bulan terakhir kasus positif harian berhasil diturunkan dari sekitar 56 ribu menjadi 314 kasus. Sementara itu kasus aktif dapat diturunkan dari puncaknya 547 ribu menjadi 8 ribu.

"Kenapa kita bisa seperti itu, salah satunya kita belajar dari negara lain. Apa yang menyebabkan kasus kita bisa menurun, pertama penerapan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) secara disiplin dan konsisten," katanya.

Terus Diperketat

Setelah PPKM dilonggarkan karena kasus mulai menurun, penerapan protokol kesehatan (prokes) justru terus diperketat, yang dapat dipantau melalui aplikasi Peduli Lindungi. Testing dan tracing, serta vaksinasi Covid-19 juga digencarkan sehingga kasus positif bisa terjaga.

Sonny menambahkan lonjakan kasus positif Covid-19 perlu diwaspadai karena negara-negara lain mulai mengalaminya, contohnya Swis dan Jerman. Kasus harian positif Covid-19 di Swis mencapai 6 ribu sementara di Jerman mencapai 56 ribu.

"Kita tahu ada sub varian delta yang sekarang sudah ada di Singapura dan Malaysia. Akan berisiko kalau kita tidak mengendalikan penularan Covid-19," kata Sonny.

Untuk menjaga agar kasus positif Covid-19 tidak melonjak terutama setelah Natal dan Tahun Baru, pemerintah memperketat screening bagi masyarakat dari luar negeri yang hendak masuk, menghapus cuti bersama Natal, membatasi pergerakan masyarakat.

Pemerintah memperketat penerapan protokol kesehatan yang dipantau melalui aplikasi Peduli Lindungi, dan mengawasi penerapan kebijakan sampai ke tingkat administratif terendah. Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan vaksin merek Astrazeneca dan Pfizer yang kini lebih banyak digunakan di Indonesia aman digunakan seiring mulai menipisnya persediaan vaksin Sinovac.

"Dua vaksin ini sama amannya, efikasinya lebih tinggi. Tapi karena baru, masyarakat masih ragu untuk menggunakannya," kata Menkes.

Menkes mendorong semua warga yang belum divaksinasi, terutama para lansia, agar tetap mau dan nyaman menggunakan vaksin apa pun guna mencapai target cakupan vaksinasi sebagai syarat membentuk kekebalan kelompok terhadap penyakit Covid-19.

"Memang ada demam, tapi tidak usah khawatir. Vaksin-vaksin ini sudah terbukti aman, tidak usah ragu-ragu untuk segera divaksinasi. Jangan sampai yang terjadi di Eropa menimpa Indonesia," katanya.

Budi menerangkan saat ini mulai terjadi penurunan laju vaksinasi yang sebelumnya sebanyak 2 juta suntikan per hari kini menjadi di bawahnya. Hal itu disebabkan dengan mulai menurunnya persediaan vaksin Sinovac.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara, Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top