Lonjakan Kasus Campak akibat Cakupan Imunisasi Rendah
Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Prima Hutapea
Dia menyebut, gejala campak adalah demam, batuk pilek, mata berair, dan bintik merah. Jika campak mengenai anak dengan gizi kurang, maka berpotensi komplikasi seperti diare, pneumonia, radang otak, infeksi selaput mata sampai bisa kebutaan, dan kematian.
"Bagi orang tua yang anaknya belum imunisasi, maka segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat," tambahnya.
Prima menambahkan, sepanjang 2022 lalu sudah ada 12 provinsi mengeluarkan Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Pemda. Adapun dasar penetapan KLB yaitu minimal 2 kasus campak dan memiliki hubungan epidemiologi.
Dia menyebut, pada tahun 2022 kasus campak memang cukup banyak yaitu 3.342 kasus di 223 Kabupaten/Kota dan 31 Provinsi. Angka tersebut meningkat 32 kali lipat dibanding tahun 2021. "Sudah dua tahun berturut-turut 2020 dan 2021 tidak mencapai target layanan imunisasi rutin. Yang tidak diimunisasi menumpuk dan mempermudah penularan campak sehingga terjadi KLB," terangnya.
Prima menerangkan, pada tahun 2020 hingga 2021 tidak terjadi kenaikan signifikan. Hal ini karena cakupan vaksinasi selama 2018-2019 cukup bagus.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Sriyono
Komentar
()Muat lainnya