Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ekonomi Regional

Lolosnya Jepang dari Resesi Belum Tentu Berdampak Positif ke Indonesia

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah Jepang pada awal pekan ini merilis keberhasilan lolos dari resesi dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi 0,4 persen untuk periode Oktober- Desember 2023 atau triwulan IV-2023 (Q4). Lolosnya negara Matahari Terbit itu dari resesi karena pertumbuhan yang ditopang oleh belanja modal yang kuat.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Aloysius Gunadi Brata, mengatakan, bagi Indonesia, lolosnya Jepang dari resesi tersebut belum tentu berdampak positif bagi mitranya karena penyelamat resesi Jepang adalah kuatnya belanja modal.

"Bila investasi tersebut berlanjut dan lebih mengarah ke otomatisasi, tentu saja akan lebih menguntungkan mitra-mitra yang memiliki kapasitas untuk mendukung otomatisasi industri," kata Aloysius.

Kedua, konsumsi swasta Jepang tercatat masih lemah yang mengindikasikan melorotnya daya beli masyarakat dan kemungkinan masih akan menghambat impor Jepang dari negara mitra dagangnya. Konsumsi swasta tersebut sejak akhir 2022 lalu tampak tidak bergerak jauh dari pertumbuhan nol.

Ketiga, jelas Gunadi Brata, masih ada risiko ekonomi Jepang mengalami kontraksi di kuartal pertama 2024. Tentu hal ini baru akan diketahui secara pasti ketika data resmi pertumbuhan ekonomi dirilis Jepang beberapa waktu mendatang.

"Keempat, kendati manfaatnya masih belum menentu, selamatnya Jepang dari resesi tersebut dapat dimaknai sebagai kekhawatiran terhadap resesi dapat diminimalkan dengan tetap selalu memperkuat ekonomi nasional," papar Gunadi Brata.

Pengamat ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan keberhasilan Jepang lolos dari resesi hanya akan sedikit menolong negara-negara kawasan di tengah perkiraan perlambatan yang dialami Tiongkok.

"Tahun ini perdagangan Indonesia dan kawasan masih akan dipengaruhi ketidakpastian ekonomi global. Asia Tenggara ini memang agak rentan terhadap penurunan ekonomi karena sektor komoditas tidak begitu kuat menahan pukulan ekonomi, sebab harga dan penjualannya turun," kata Wibisono.

Wakil Rektor III Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, mengatakan salah satu upaya menghindari resesi adalah pemerintah, terutama pemerintahan baru ke depan paham soal bagaimana menghadapi potensi resesi dunia.

"Pemerintah harus paham dan serius soal bagaimana mengelola potensi sumber daya dalam negeri agar kita bisa lebih mandiri, terutama energi dan pangan yang menjadi sektor paling krusial," kata Surokim.

Peralihan ke energi terbarukan yang tidak terelakkan harus dimanfaatkan momentumnya, sehingga industri dan rumah tangga bisa lebih efesien dan berdaya karena sebetulnya potensi diversity energi nasional melimpah, mulai surya, panas bumi dan angin. Begitu juga dengan pertanian yang sebetulnya sudah sejak dahulu menjadi kekuatan utama Indonesia, tapi seperti terabaikan.

Peluang Baru

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atmajaya, YB Suhartoko, mengatakan Indonesia harus memanfaatkan momentum tersebut dengan menyiapkan komoditas ekspor yang bisa diserap negara tersebut. Sebab itu, lembaga pengembangan ekspor harus bekerja keras mencari peluang ekspor baru ke Jepang.

Sementara itu, peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, mengatakan lolosnya Jepang dari jurang resesi diharapkan memberi efek positif pada negara mitra termasuk Indonesia melalui kenaikan permintaan produk ekspor dan proyek-proyek investasi yang dibiayai Jepang.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top