LIPI Selalu Terbuka untuk Kolaborasi
LIPI bekerja sama dengan berbagai pihak, yaitu Lembaga Eijkman, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Padjajaran untuk mengembangkan vaksin Merah Putih. Masing-masing lembaga mengembangkan dengan metode yang berbeda karena pendekatan pembuatan vaksin itu macam-macam. Ada vaksin yang berasal dari virus yang dilemahkan, kemudian dimasukkan ke tubuh dengan harapan tubuh menghasilkan reaksi yang menimbulkan antibodi. Ada juga yang mengambil sebagian protein yang relevan untuk merangsang reaksi pembentukan antibodi dengan harapan potensi efek sampingannya lebih kecil. Untuk kami di LIPI memilih pengembangan vaksin dengan platform protein recombinant.
Ada segelintir masyarakat menolak vaksinasi sebab menilai vaksin tidak aman. Bagaimana tanggapan Anda?
Sejujurnya, kalau kami dari kalangan riset/akademisi, kita juga tidak bisa bilang bahwa vaksin 100 persen tanpa efek sampingan, karena tubuh manusia itu kompleks, berbeda-beda. Itu sebabnya, meskipun sudah ada uji praklinis, uji klinis fase I, fase II, fase III, masih harus dilakukan pengamatan pascapemberian vaksin secara massal, sampai kurun waktu 5 sampai 10 tahun.
Sudah banyak vaksin yang sudah diaplikasikan massal, akhirnya ditarik kembali karena belakangan diketahui menimbulkan efek samping jangka panjang. Jadi, memang kita harus menyadari bahwa semua obat itu ada efek sampingannya. Kehawatiran itu wajar, tetapi kita tidak perlu terlalu berlebihan. Dalam hidup selalu ada resiko. Setiap produk pasti ada efek positif dan negatifnya.
Lalu, bagaimana peneliti memastikan vaksin ini aman?
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Sriyono
Komentar
()Muat lainnya