Lima Pendaki Rusia Tewas di Puncak Tertinggi Ketujuh Dunia
Gunung Dhaulagiri, yang dikenal karena medannya yang curam dan menantang, terkenal di kalangan pendaki karena cuacanya yang tidak dapat diprediksi dan berbagai tantangan teknis.
Foto: IstimewaKATHMANDU - Lima pendaki gunung Rusia ditemukan tewas di Gunung Dhaulagiri, puncak tertinggi ketujuh di dunia setelah tampaknya terpeleset dan jatuh, Selasa (8/10).
Dilansir oleh Newsweek, para pendaki telah mendaki gunung Himalaya setinggi 26.788 kaki selama musim pendakian musim gugur di Nepal.
"Mereka dilaporkan hilang sejak Minggu dan dipastikan meninggal setelah helikopter penyelamat melihat jasad mereka," kata Pemba Jangbu Sherpa dari I AM Trekking and Expeditions yang berpusat di Kathmandu.
- Baca Juga: Komite PBB Adopsi Resolusi tentang HAM Korut
- Baca Juga: "Bocil" Australia akan Dilarang Bermain Medsos
Dua pendaki berhasil mencapai puncak, sementara yang lain berbalik arah sebelum mencapai puncak. Komunikasi radio terputus antara pendaki dan tim base camp, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan keselamatan mereka.
Upaya untuk mengambil jenazah dari gunung masih belum pasti, karena operasi tersebut memerlukan perencanaan yang signifikan, kru, dan peralatan khusus.
Gunung Dhaulagiri, yang dikenal karena medannya yang curam dan menantang, terkenal di kalangan pendaki karena cuacanya yang tidak dapat diprediksi dan berbagai tantangan teknis.
Puncaknya pertama kali dicapai pada tahun 1960 oleh tim Swiss-Austria. Sejak saat itu, gunung ini telah menjadi tujuan populer bagi para pendaki, dengan ratusan pendaki mendaki puncaknya setiap tahun untuk mengejar petualangan dan prestasi.
Gunung ini merupakan satu dari delapan puncak tertinggi di dunia, kondisi alamnya menarik bagi banyak pendaki gunung yang mencari sensasi penjelajahan di dataran tinggi.
Pendaki asing memainkan peran penting dalam meningkatkan perekonomian Nepal, menyediakan sumber pendapatan yang signifikan bagi masyarakat.
Namun, pesatnya perkembangan industri pendakian telah memicu persaingan ketat antar perusahaan, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa beberapa perusahaan mungkin lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan.
Telah terjadi lebih dari 300 kematian di Everest dan wilayah sekitarnya sejak pencatatan pendakian gunung di sana dimulai seabad yang lalu, dan banyak dari jasad ini masih belum ditemukan.
Pemerintah Nepal pertama kali meluncurkan kampanye pembersihan seluruh wilayah pada tahun 2019, yang mencakup pemindahan beberapa jenazah pendaki.
Namun tahun ini merupakan pertama kalinya pihak berwenang menetapkan sasaran untuk mengambil lima jenazah dari apa yang disebut "zona kematian," yang menggambarkan wilayah pegunungan di atas ketinggian 26.247 kaki.
Hindustan Times melaporkan bahwa Nepal telah mengeluarkan lebih dari 900 izin untuk pegunungannya tahun ini, termasuk 419 untuk Everest, yang menghasilkan pendapatan bagi negara lebih dari $5 juta.
Kejadian terbaru ini menjadi pengingat suram mengenai risiko bawaan yang terkait dengan pendakian gunung di dataran tinggi.
Rincian lebih lanjut mengenai pendaki dan ekspedisinya masih belum tersedia saat ini sementara komunitas pendaki gunung bergulat dengan kehilangan ini.
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik