Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Satgas Bimas Polri

Lewat Noken Menjaring Harapan

Foto : dok. Satgas Bimas Polri
A   A   A   Pengaturan Font

Di Papua, polisi identik dengan pendekatan represif. Tapi sejak Polri berinisiatif membentuk Satgas Bimas Noken, polisi memiliki wajah berbeda. Sebuah inisiatif yang menelurkan harapan.

Seorang bocah perempuan bertelanjang kaki berjalan dengan diapit dua lelaki dewasa. Ia menyelempang noken di bahunya. Lelaki yang menggandeng tangan kirinya juga membawa noken. Sementara lelaki di sebelah kanan menenteng ember.

Kedua lelaki tersebut mengenakan rompi hitam bertuliskan Binmas Noken. Foto ini, bersama sekitar 100 foto lainnya, dipamerkan di Perpustakaan Nasional Jakarta dari tanggal 13-24 Mei 2019.

Foto bidikan fotografer Firman Hidayatullah ini memotret aktivitas di Perkebunan Kopi Kampung Yagara, Kabupaten Jayawijaya. Binmas Noken adalah inisiatif yang digagas Polri untuk mendekatkan polisi dengan masyarakat. Melalui Binmas Noken, tugas polisi tidak melulu identik dengan urusan keamanan, tapi juga soal pelayanan.

Itu sebabnya, melalui Binmas Noken, polisi di Papua juga sibuk dengan pendampingan petani kopi, mengurus peternakan ayam, babi, hingga lebah madu, dan terlibat dalam pengelolaan kebun sayur dan buah. Hingga saat ini, aktivitas Bimas Noken ini sudah dilakukan di delapan kabupaten di Papua, yakni di Kabupaten Mimika, Jayawijaya, Lanny Jaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Paniai, dan Nabire.

Nama noken sendiri sengaja digunakan karena ini menyentuh aspek kultural masyarakat Papua. Noken adalah tas khas bikinan mama-mama Papua yang terbuat dari serat kulit kayu dan biasanya digunakan untuk membawa hasil bumi atau barang kebutuhan sehari-hari.

Pada 4 Desember 2012, UNESCO menetapkan noken sebagai salah satu dari warisan kebudayaan dunia. Bagi masyarakat suku bangsa Papua, noken juga merupakan simbol kehidupan, perdamaian, dan kesuburan.

Maka penggunaan nama noken untuk satuan tugas pembinaan masyarakat (Satgas Binmas) cukup tepat. Dengan nama itu, polisi mencoba mengembalikan kepercayaan masyarakat yang sempat terpuruk karena mengidentikkan polisi dengan pendekatan represif.

Sejumlah program yang dimiliki Binmas, dari soal pertanian, perkebunan, peternakan, polisi mengajar, hingga trauma healing untuk anak-anak korban konflik, diharapkan meyakinkan masyarakat bahwa wajah polisi sudah berubah menjadi lebih humanis. Bahwa upaya mewujudkan keamanan tidak selalu harus diidentikkan dengan sikap represif, tapi sikap tulus untuk merangkul. sur/R-1

Pesan Simbolik

Potret para polisi maupun anggota Satgas Binmas Noken yang bercengkerama dan bergembira dengan anak-anak Papua bisa ditemukan dalam sejumlah besar foto yang dipamerkan. Bidikan foto Firman Hidayatullah tentang seorang polisi dengan topi boneka macan yang menghibur anak-anak sekolah dasar di Kampung Masi, Kabupaten Yahukimo menjadi salah satu contoh.

Juga foto karya Victor Merani yang menunjukkan seorang polisi tengah membagikan biskuit kepada anak-anak di Kampung Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya.

Sementara foto bidikan Victor Merani tentang dua polisi-laki-laki dan perempuan-yang berada di atas perahu kecil bersama anak-anak Papua sambil memegang peta Indonesia memiliki pesan simbolik yang kuat tentang bagaimana mengenalkan Indonesia tanpa harus bersikap arogan.

Sayangnya, pesan-pesan simbolik ini terlalu kentara dalam hampir semua foto, sehingga terkesan kurang natural. Dalam foto bidikan Victor Merani tentang seorang anak Papua di SD Inpres Tiom, Kelurahan Bokon, Kabupaten Lanny Jaya, pesan simbolik ini sangat kentara pada simbol pita merah putih yang diikatkan pada kepala bocah tersebut yang tengah menerbangkan pesawat mainan.

Hal sama terlihat pada bidikan Firman Hidayatullah tentang dua anak di Kabupaten Puncak Jaya yang mengenakan baju dan ikat kepala merah putih yang tengah memainkan pesawat kayu dengan bendera merah putih.

Juga pada foto bidikan Faris Munandar di SD Dimbalib, Kabupaten Pegunungan Bintang tentang sekumpulan anak-anak yang beramai-ramai mengarahkan telunjuk mereka ke bendera merah putih.

Kuatnya pesan simbolis tentang Indonesia ini sebenarnya wajar mengingat 4 dari 5 fotografer yang terlibat dalam proyek ini juga anggota polisi. Dari lima fotografer terlibat dalam proyek ini, yakni Faris Munandar, Victor Merani, Daris Aprillah Ari, Edwin Louis Sengka, dan Muhammad Firman Hidayatullah, hanya nama terakhir yang bukan anggota polisi.

Faris Munandar adalah Brigadir Polisi (Brigpol) yang menjabat sebagai Kasubbag Humas Polres Pegunungan Bintang. Victor Merani adalah Brigpol yang bertugas sebagai humas di Polda Papua. Daris Aprillah Ari adalah Briptu yang berdinas di bagian Direktorat Intelijen dan Keamanan Polada Papua. Sedangkan Edwin Louis Sengka adalah polisi yang bertugas di Ropaminal Mabes Polri.

Namun, terlepas dari kuatnya pesan simbolis tentang Indonesia, secara keseluruhan foto-foto yang ditampilkan dalam pameran ini berhasil menggambarkan wajah humanis polisi Indonesia, hal yang sangat dirindukan oleh masyarakat Papua. Foto-foto ini berhasil menggambarkan bahwa apa yang dilakukan polisi melalui Satgas Binmas Noken mampu menyalakan sesuatu yang lama padam di hati masyarakat Papua, yakni harapan. sur/R-1

Sarat Filosofis

Papua adalah salah satu wilayah di timur Indonesia yang punya banyak keunikan. Tak hanya orang-orangnya saja, tapi budayanya juga. Kondisi alamnya juga masih banyak yang terjaga keasliannya.

Di Papua ada tas bukan sembarang tas. Namanya noken. Tas asal Papua ini bahkan sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda. Berikut beberapa keunikannya.

1. Terbuat dari Bahan Alami dan Diletakkan di Kepala

Noken adalah tas asli Papua yang terbuat dari serat kulit kayu. Tak seperti tas lain yang diletakkan di pundak, noken justru diletakkan di kepala.

Keunikan lain adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat Noken.Tas ini biasanya digunakan untuk membawa hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian, dan barang lainnya ke pasar. Noken sudah menjadi bagian dari masyarakat Papua.

2. Filosofi di Baliknya

Ada makna tersembunyi di balik pembuatan Noken khas Papua ini. Tas yang dibuat para mama di Papua ini memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di sekitar tanah Papua.

Dahulu, Noken juga menjadi simbol kedewasaan seorang wanita. Jika seorang wanita tidak bisa membuat noken, maka dia dianggap belum dewasa.

3. Tas Multifungsi

Noken memiliki ukuran yang variatif. Ukuran paling besar sering digunakan para mama untuk mengangkut hasil pertanian atau untuk mengangkut kayu bakar. Sedangkan ukuran sedang digunakan sebagai tempat buku dan alat tulis anak sekolah dan mahasiswa. sur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top