Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Eropa

Leif Erikson, Penjelajah yang Menyatukan Bangsa Nordik

Foto : Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Eropa merupakan sebuah kawasan yang berisi negara-negara yang disebut Nordik. Wilayah yang membentang di bagian utara benua itu memiliki geografi, budaya, sejarah bersama selama satu milenium.

Di Eropa terdapat negera-negara yang menamakanan dirinya sebagai Nordik. Wilayahnya memanjang dari Eropa timur hingga Atlantik utara, mulai dari Finlandia, Norwegia, Denmark, Swedia, Norwegia, Åland, Svalbard, Kepulauan Faroe, hingga Islandia.

Sejarah Nordik yang kadang bersinonim dengan nama Skandinavia memiliki sejarah bersama selama lebih dari satu milenium mulai dari Leif Erikson hingga pembentukan Dewan Nordik. Selama perjalanan itu diwarnai dengan masa-masa persahabatan dan pertikaian.

Setelah kenyang dengan pertikaian, akhirnya selama abad terakhir negara-negara Nordik itu telah semakin dekat satu sama lain melalui pemahaman lintas budaya dan penerimaan terhadap perbedaan satu sama lain.

Ketika Leif Erikson yang dijuluki "Si Beruntung" berlayar dari pantai barat Greenland pada 1002, ia hampir tidak dapat membayangkan bahwa perjalanannya akan terukir dalam sejarah. Erikson merupakan semacam simbol wilayah Nordik yang telah menikmati masa khusus komunitas lintas batas sejak zaman Viking.

Ia lahir di Islandia, tumbuh di Greenland, dan menghabiskan beberapa tahun masa mudanya di Norwegia. Erikson adalah seorang kosmopolitan Nordik, dan pada 1003, ia dan kapalnya mencapai benua Amerika tepatnya di Vinland, atau Newfoundland yang menjadi bagian dari negara Kanada saat ini.

Penjelajahan itu membuatnya dikenal sebagai orang Eropa pertama yang menginjak pantai Amerika, jauh sebelum sebelum Christopher Columbus. Selama masa Erikson, sebagian besar wilayah Nordik menjadi kerajaan bersatu untuk pertama kalinya, yang sejak itu disebut Kerajaan Norwegia.

Raja-raja Norwegia secara bertahap menguasai Kepulauan Faroe, Islandia, dan Greenland, dan berinteraksi erat dengan raja-raja Viking dari Swedia dan Denmark. Bangsa Viking Nordik tidak hanya mencapai Kanada, tetapi juga kota-kota jauh di Russia dan dunia Mediterania.

Laman norden.org menyebut, meskipun bangsa Viking kemudian digambarkan sebagai orang-orang yang haus darah dan suka berkonflik, mereka pada dasarnya adalah pedagang pelaut dan petani yang baik. Di negaranya mereka memelihara ternak dan mengolah tanah. Dengan cara ini bangsa Viking membantu memodernisasi wilayah Nordik pada pergantian millennium. Sejak itu wilayah Nordik juga menjadi lebih dekat secara budaya dengan Eropa.

Kekristenan membawa aliran budaya baru ke Wilayah Nordik. Gereja-gereja besar seperti katedral di Stavanger dan Ribe dibangun, seperti juga biara dan keuskupan sejauh Greenland Barat. Kota-kota pasar didirikan, kastil-kastil dibangun, dan kebiasaan makan serta tren mode baru diperkenalkan berkat perdagangan yang berkembang dengan kota-kota dan negara-negara di selatan.

Selatan tidak hanya menyediakan rangsangan baru yang menarik, tetapi juga penyakit, seperti Wabah Hitam. Penyakit menular ini memiliki konsekuensi serius. Bahkan hampir memusnahkan populasi Norwegia dan Islandia.

Namun tidak jelas apakah wabah tersebut yang memicu kematian orang-orang Greenland Nordik, tetapi dapat diketahui adalah peradaban Nordik di Greenland Barat punah pada awal abad kelima belas. Baru setelah tiga abad berlalu, kontak dipulihkan antara Greenland dan seluruh Wilayah Nordik.

Selama Abad Pertengahan, posisi wilayah Nordik sebagai entitas budaya, ekonomi, dan politik ditegaskan kembali. Pada 1397, Denmark, Norwegia, dan Swedia bergabung untuk membentuk Persatuan Kalmar yang pada dasarnya merupakan Kekaisaran Nordik.

Persatuan ini juga mencakup wilayah jajahan Norwegia di seberang lautan, yaitu Shetland, Kepulauan Orkney, Kepulauan Faroe, dan Islandia, serta Aland dan Finlandia, yang berada di bawah kekuasaan Swedia selama Abad Pertengahan. Peta Persatuan Kalmar secara kasar menyerupai peta wilayah Nordik yang dikenal saat ini.

Persatuan antara negara-negara Nordik relatif kuat pada tahun-tahun awalnya. Namun ikatan mereka perlahan-lahan melemah dan dirundung pertikaian internal antara Denmark dan Norwegia di satu pihak dan Finlandia dan Swedia di pihak lain.

Persatuan Kalmar akhirnya terpecah di tengah jalan, yang diikuti oleh periode kerusuhan yang diperparah oleh pertumpahan darah Stockholm yang terkenal pada 1520. Saat itu Raja Denmark, Christian II, memerintahkan sekelompok besar bangsawan dan warga negara terkemuka lainnya untuk dieksekusi di ibu kota Swedia dalam upaya mempertahankan kekuasaan atas Swedia.

Koloni dan Perang

Pada akhir Abad Pertengahan dan Renaisans, sebagian besar Wilayah Nordik tertinggal dari negara-negara Eropa lainnya dalam banyak hal. Namun, selama periode yang sama Swedia berkembang menjadi kekuatan besar Eropa, menguasai sebagian besar wilayah Baltik, termasuk sebagian besar negara Baltik saat ini dan sebagian wilayah Jerman dan Polandia saat ini.

Finlandia juga tetap menjadi bagian dari kerajaan Swedia. Pada masa kolonialisme, Denmark-Norwegia mencoba peruntungannya sebagai kekuatan penjajah dengan mengambil alih Trankebar di India, sebagian wilayah Ghana saat ini di Afrika. Tiga pulau Karibia, St Thomas, St Jan, dan St Croix. St Croix merupakan wilayah jajahan Denmark hingga tahun 1917.

Meskipun memiliki ambisi ini, kawasan Nordik berada di bawah bayang-bayang negara-kota yang berkembang pesat di selatan dan kekuatan angkatan laut seperti Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris, yang mulai menguasai dunia dan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan Eropa.

Baik Denmark-Norwegia maupun Swedia-Finlandia tidak akan memiliki peran yang berpengaruh. Sebaliknya, negara-negara yang pernah bersatu itu berperang satu sama lain dalam upaya untuk mendapatkan kendali penuh atas kawasan Nordik yang bersatu.

Sementara itu perang telah melelahkan dan secara umum menguntungkan Swedia. Pertama-tama, Denmark harus menyerahkan Skane, Halland, dan Blekinge yang hijau dan berkembang dengan baik kepada Swedia. Pada 1814, seluruh Norwegia diserahkan kepada Swedia, yang baru saja kehilangan Finlandia kepada musuh bebuyutannya yang lain yaitu Russia. Denmark tetap memegang kendali atas Islandia, Kepulauan Faroe, dan Greenland, yang sementara itu telah dijajah.

Denmark dan Swedia mengubur kapak perang selama abad kesembilan belas. Meskipun kedua negara tersebut kemudian menjadi kecil menurut standar Eropa, negara-negara besar Eropa memandang kemerdekaan negara-negara ini sebagai hal yang menguntungkan secara strategis.

Ada kebutuhan untuk menjadi penyangga antara negara-negara besar seperti Russia, Prusia, Prancis, dan Inggris. Keuntungan dari hadirnya kekuatan-kekuatan itu Laut Baltik tidak dikendalikan oleh satu kekuatan tunggal.

Kemiskinan yang meluas menjadi ciri khas Nordik pada paruh pertama abad kesembilan belas. Banyak orang tergoda oleh prospek kehidupan yang lebih baik di Amerika dan beremigrasi. Namun industrialisasi yang berkembang seperti industri berat, pertambangan, dan pembuatan kapal bermunculan di sebagian besar wilayah Nordik. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top