Ledakan Covid Eropa dan Vaksin Dosis Ketiga
A health worker prepares a dose before inoculating army soldiers with a booster shot of the Covid-19 coronavirus vaccine at an army hospital in Colombo on November 2,2021.
Foto: ISHARA S. KODIKARA / AFPGelombang Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir meledak di Eropa. Dalam 7 hari terakhir, rata-rata kasus baru di Jerman menembus angka 49.000. Layanan kesehatan di sejumlah negara seperti Jerman, Belanda, Swiss, Austria, Yunani, dan Slovakia tengah kewalahan menghadapi jumlah kasus baru.
Sejumlah faktor yang menyebabkan lonjakan di antaranya musim dingin yang tengah melanda Benua Biru, rendahnya vaksinasi, dan juga karena Eropa yang merupakan daratan luas di mana jarak antarnegara saling berdekatan membuat virus lebih cepat menyebar.
Parahnya, sejumlah warga menentang lockdown sebagai upaya pencegahan agar penularan tidak meluas. Di Belanda protes lockdown memasuki hari ketiga dan para demonstran sudah mulai merusak fasilitas umum. Polisi pun akhirnya mengeluarkan perintah darurat demonstran mengakhiri aksi.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizarion, WHO) sangat khawatir dengan hantaman Covid-19 di Eropa. Organisasi ini memperkirakan akan ada lebih dari 500 ribu kematian pada Maret jika tidak ada tindakan segera untuk menghentikannya.
Situasi seperti di Eropa bisa saja terjadi di benua lain, termasuk Asia dan juga Indonesia. Memang jumlah kasus baru di Indonesia sedang turun, hanya 314 kasus baru pada Minggu (21/11) dan 365 kasus rata-rata dalam 7 hari terakhir. Namun kuartal pertama 2022 akan menjadi masa yang rawan jika masyarakat lengah, tidak mengindahkan protokol kesehatan dan imbauan pemerintah pada libur panjang Natal dan Tahun Baru.
Kasus Eropa hendaknya menjadi pelajaran berarti agar kita tidak lengah dan terlalu percaya diri meski jumlah kasus Covid melandai. Beberapa negara di Eropa sebelumnya sangat percaya diri dengan landainya kasus Covid-19 dan sebagian besar mencabut kebijakan penggunaan masker di tempat publik dan pelonggaran kebijakan menjaga jarak fisik. Hasilnya, di Eropa saat ini terjadi ledakan kasus Covid-19.
Lonjakan kasus yang terjadi di Eropa sebagian besar disebabkan oleh varian delta. Namun sejumlah ahli menyebut penyebabnya adalah varian virus baru yang penyebarannya lebih cepat dan bahkan bisa menurunkan efikasi vaksin yang sudah disuntikkan.
Karena itu semua warga masyarakat agar tetap menjaga kedisiplinan dalam penanganan Covid-19, baik dari penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak, peningkatan pelacakan kontak erat dan tes guna menghentikan penyebaran semakin meluas serta terus meningkatkan vaksinasi.
Meski upaya pemerintah sudah sangat baik dalam mendatangkan vaksin dari berbagai pabrik di luar negeri, baik yang beli secara langsung maupun pengadaan vaksin dalam skema Covax, namun ke depan vaksinasi harus lebih ditingkatkan lagi.
Sampai saat ini sudah 224 juta dosis vaksin disuntikkan di Indonesia. Namun jumlah penerima dosis vaksin lengkap baru 89 juta orang atau 32,6 persen dari populasi. Jumlah ini masih di bawah rata-rata dunia yang sudah mencapai 42,1 persen populasi dunia atau 3,29 miliar penduduk.
Dan tidak ada salahnya jika pemerintah membuka opsi pemberian dosis ketiga vaksin yang dikenal dengan vaksin booster di luar tenaga kesehatan seperti lansia dan kelompok rawan lainnya. Kalau toh harus bayar, jangan terlalu mahal seperti biaya PCR Test pada awal-awal pandemi dulu. Pihak Sinovac telah melakukan penelitian bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dari penyuntikan vaksin booster Sinovac.
Berita Trending
- 1 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 4 Terapkan SDGs, Perusahaan Ini Konsisten Wujudkan Sustainability Action Plan
- 5 Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final