
Laporan: Satu Persen Orang Terkaya di Dunia Menghasilkan Karbon Setara dengan Dua Pertiga Orang Termiskin di Dunia
Meskipun memerangi krisis iklim merupakan tantangan bersama, tidak semua orang memiliki tanggung jawab yang sama.
Foto: istimewaWASHINGTON - Organisasi nirlaba, Oxfam International, pada Minggu (19/11) menerbitkan hasil analisis yang menyebutkan satu persen penduduk terkaya di dunia bertanggung jawab atas jumlah emisi karbon yang sama dengan dua pertiga atau lima miliar orang termiskin di dunia.
"Meskipun memerangi krisis iklim merupakan tantangan bersama, tidak semua orang memiliki tanggung jawab yang sama, dan kebijakan pemerintah harus disesuaikan," kata Max Lawson, salah satu penulis laporan tersebut.
"Semakin kaya Anda, semakin mudah untuk mengurangi emisi pribadi dan investasi Anda. Anda tidak memerlukan mobil ketiga, atau liburan keempat, atau Anda tidak perlu berinvestasi di industri semen," katanya.
Dikutip dari The Straits Times, laporan bertajuk Climate Equality: A Planet For The 99% ini didasarkan pada penelitian yang dikumpulkan oleh Stockholm Environment Institute dan mengkaji emisi konsumsi yang terkait dengan kelompok pendapatan berbeda hingga tahun 2019.
Laporan ini diterbitkan ketika para pemimpin dunia bersiap untuk bertemu dalam pembicaraan iklim pada KTT Conference of the Parties 28 (COP-28) di Dubai pada bulan November nanti. Kekhawatiran semakin meningkat bahwa membatasi pemanasan jangka panjang hingga 1,5 derajat Celcius mungkin tidak mungkin tercapai.
Temuan utama studi ini adalah bahwa 1 persen orang terkaya di dunia, yaitu 77 juta orang, bertanggung jawab atas 16 persen emisi global yang terkait dengan konsumsi mereka. Jumlah tersebut setara dengan 66 persen populasi terbawah dalam hal pendapatan atau 5,11 miliar orang.
Ambang batas pendapatan untuk menjadi salah satu kelompok 1 persen teratas global disesuaikan berdasarkan negara dengan menggunakan paritas daya beli, misalnya, di Amerika Serikat, ambang batasnya adalah 140.000 dolar AS, sedangkan di Kenya setara dengan 40.000 dolar AS.
Analisis terhadap masing-masing negara juga memberikan gambaran yang sangat jelas.
Misalnya, di Perancis, 1 persen kelompok terkaya mengeluarkan karbon dalam satu tahun sama banyaknya dengan 50 persen kelompok termiskin dalam 10 tahun.
Tidak termasuk karbon yang terkait dengan investasinya, miliarder pendiri Louis Vuitton dan orang terkaya di Prancis, Bernard Arnault, memiliki jejak 1.270 kali lebih besar dibandingkan rata-rata orang Prancis.
Pesan utamanya, menurut Lawson, adalah tindakan kebijakan harus progresif.
"Kami berpendapat bahwa kecuali pemerintah memberlakukan kebijakan iklim yang progresif, di mana Anda melihat orang-orang yang mengeluarkan emisi terbesar diminta untuk melakukan pengorbanan terbesar, maka kita tidak akan pernah bisa mendapatkan politik yang baik dalam hal ini," katanya.
Langkah-langkah ini dapat mencakup pajak atas penerbangan lebih dari 10 kali dalam setahun, atau pajak atas investasi non-hijau yang jauh lebih tinggi dibandingkan pajak atas investasi ramah lingkungan.
"Meskipun laporan saat ini berfokus pada karbon yang hanya terkait dengan konsumsi individu, konsumsi pribadi orang-orang super kaya jauh lebih kecil dibandingkan emisi yang dihasilkan dari investasi mereka di perusahaan" demikian temuan laporan tersebut.
Penelitian Oxfam sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang kaya berinvestasi di industri-industri yang menghasilkan polusi dengan rasio yang sama dengan investor mana pun, miliarder dua kali lebih besar kemungkinannya untuk berinvestasi di industri-industri yang menghasilkan polusi dibandingkan dengan rata-rata Standard & Poor's 500.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cuan Ekonomi Digital Besar, Setoran Pajak Tembus Rp1,22 Triliun per Februari
- 2 Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Puskesmas bisa Diakses Semua Warga
- 3 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 4 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 5 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
Berita Terkini
-
Tiga Kali Sorti Penyemaian Garam, Hujan Terkendali, Operasi Modifikasi Cuaca Kelima di DKI Jakarta Beraksi
-
Disambut Meriah, Film "Ne Zha 2" Tayang Perdana di Jakarta
-
Banyak Pilihan untuk Buka Puasa, Tapi Sebaiknya Hindari Ubi dan Kopi
-
Jalur Tengah Jateng di Temanggung Siap Dilintasi Pemudik
-
Mudik Lancar Tanpa Drama, Simak Tips dari Rifat Sungkar