Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Moneter

Kurs Rupiah Kembali Tertekan Tren Kenaikan Suku Bunga Global

Foto : Sumber: BI - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan antarbank di akhir pekan ini ditutup merosot karena para pelaku pasar mencermati potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif.

Analis Pasar Uang dari ICDX, Revandra Aritama, mengatakan rupiah pada Jumat ditutup melemah 17 poin atau 0,11 persen ke posisi 15.450 rupiah per dollar AS dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya di level 15.433 rupiah per dollar AS.

"Pernyataan Ketua Federal Reserve yang menyatakan AS mungkin perlu bertindak lebih agresif untuk menekan inflasi beberapa waktu yang lalu menjadi faktor yang masih mempengaruhi sentimen pasar kali ini," kata Revandra kepada Antara di Jakarta, Jumat (10/3).

Ekspektasi pasar, tutur Revandra, berbeda dari perkiraan di awal tahun kemarin di mana Bank Sentral AS atau the Fed dipercaya mulai akan melakukan pelonggaran. Namun, karena tingkat inflasi AS yang masih jauh dari target dua persen menjadi warning bagi the Fed untuk tetap agresif terkait kebijakan suku bunga acuannya.

Pernyataan tersebut membebani mata uang negara berkembang karena potensi terjadinya capital outflow dari negara berkembang menuju AS yang menawarkan return (imbal hasil) yang kompetitif dengan risiko yang dinilai lebih rendah. "Hal ini berpotensi memberikan tekanan bagi mata uang negara berkembang termasuk rupiah," katanya.

Dalam data yang dirilis pada Kamis (9/3) waktu Washington menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat paling banyak dalam lima bulan pada minggu lalu, meskipun tren yang mendasari konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa permohonan untuk klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 4 Maret naik 21.000 menjadi 211.000 dari 190.000 pada minggu sebelumnya. Fokus investor sekarang beralih ke data penggajian non-pertanian (NFP) yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat, dengan lebih banyak tanda-tanda kekuatan pasar tenaga kerja memberi Fed lebih banyak dorongan untuk menaikkan suku bunga.

Tingkatkan Biaya

Menurut survei para ekonom Reuters, NFP kemungkinan meningkat 205.000 pekerjaan pada Februari setelah melonjak sebesar 517.000 pada Januari. Pasar berjangka juga menyiratkan peluang sekitar 54 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, dibandingkan dengan 70 persen sebelum rilis data. Suku bunga dana Fed diproyeksikan mencapai puncak tepat di bawah 5,5 persen pada Juli.

Bank sentral AS, Federal Reserve menggunakan instrumen kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi. Tetapi, suku bunga yang lebih tinggi itu meningkatkan biaya pinjaman konsumen yang dapat memperlambat perekonomian.

Pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan untuk mengantisipasi pelemahan kurs rupiah maka yang harus dilakukan adalah dengan menyerap produk dalam negeri seluas-luasnya dan meningkatkan investasi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top