Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, Anto Tri Sugiarto, soal Pencemaran Kali Item

Kualitas Kali Sentiong, Jakarta Pusat Masih Baik

Foto : Koran jakarta/peri irawan
A   A   A   Pengaturan Font

Jelang perhelatan Asian Para Games, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Indonesia Power dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali memasang plasma nano bubble di Kali Sentiong atau Kali Item.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal ini, reporter Koran Jakarta, Peri Irawan, mewawancarai Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, Anto Tri Sugiarto, di lokasi Kali Item, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (4/10). Berikut petikannya.

Bagaimana hasil penanganan Kali Sentiong?

Dari sebelum dipasang nano buble, kandungan oksigen di permukaan saja hanya 0,1 PPM (part per million) atau hampir nggak ada oksigen. Tapi, setelah dipasang, oksigennya mencapai 5,9 PPM. Ini untuk area radius 5 meter. Sedangkan untuk radius 20 meter, oksigennya baru mencapai 2,5 PPM.

Selain itu?

Yang lainnya bau. Yang membuat bau adalah H2S dan Amoniak. Sebelumnya, kandungan H2S hanya 2,9 PPM jadi 0,8 PPM. Sedangkan untuk Amoniak dari 14 PPM jadi 3,5 PPM. Jadi, baunya cukup berkurang.

Apakah Kali Item masih baik?

Secara kualitas agak turun, karena Asian Games sudah selesai. Sehingga, pintu air itu dibuka lagi dan sampah masuk lagi. Selama Asian Games kemarin, pintu air kan ditutup. Jadi, datanya mengulang lagi. Nah, sekarang, mau ada Asian Para Games, pintu air kembali ditutup. Kualitas airnya sekarang agak lebih baik.

Angka-angka itu sebenarnya menggambarkan apa?

Jadi, kalau oksigen mencapai 5 sampai 6 PPM, maka ikan dan udang bisa hidup dengan baik. Itu sudah pasti sehat. Ikan sudah bisa hidup di sini selama tidak ada lagi pencemaran. Namun, namanya sungai, kan pencemaran dari mana-mana. Maka tolonglah, sumber pencemaran itu ditahan.

Bagaimana dengan aerotor dan jaring yang dipasang ini?

Kalau aerotor sudah nggak dipasang. Aerotor ini, areanya tidak bisa jauh. Hanya disekitar unitnya saja. Aerotor membutuhkan daya 15 PK, sedangkan nano bubble hanya 1 PK. Gelembungnya gede-gede, jadi jangkauannya relatif sempit. Dia kan cuma mengaduk-aduk saja.

Sedangkan untuk jaring, itu bagus untuk menutup sampah agar tidak masuk ke sungai. Dan mencegah bau tidak langsung tercium.

Lalu, nano bubble itu apa sebenarnya?

Ini namanya plasma nano bubble. Jadi ada dua unit, ada plasma dan nano bubble. Plasma ini seperti AC plasma cluster, fungsinya mengubah oksigen dari udara menjadi ozon. Ozon gas yang terbentuk ini kita injeksi kan ke dalam air menggunakan nano bubble. Ini ukurannya nano, sehingga bubble udara bisa menyebar dalam radius 20 meter. Kalau bubble di akuarium kan cuma di sekitar saja. Jadi, di sini ada dua paten, yakni plasma dan nano bubble.

Berapa anggaran yang diperlukan untuk nano bubble ini?

Satu unit nano bubble kita jual seharga 50 juta rupiah. Kalau di Kali item ini, butuh paling tidak 20 unit nano bubble. Ya dikalikan saja. Sekitar 1 miliar rupiah. Dibandingkan produk yang sebelumnya, ini jauh lebih murah.

Maksudnya?

Jadi, sebelum kami pasang di Kali Item ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memasang nano bubble produk luar negeri. Harganya mencapai 1,5 miliar rupiah per unit. Kalau nggak salah produk dari Taiwan atau Korea. Rencananya, akan dipasang 10 unit produk luar itu, tapi ternyata trouble.

P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top