Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Anomali Cuaca

KSP Ingatkan Potensi El Nino pada 2023 yang Bisa Gagalkan Panen

Foto : ANTARA/HO-KANTOR STAF PRESIDEN

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pada acara Bazar Pangan Murah, di Pendopo Kepatihan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Jumat (9/12).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Semua pihak terkait diingatkan soal potensi munculnya anomali cuaca El Nino pada 2023 yang bisa menyebabkan kebakaran dan kegagalan panen. Risikonya bisa terjadi kebakaran dan kegagalan panen.

"Untuk itu, Presiden Joko Widodo dari awal sudah menekankan petani Indonesia untuk tanam apa saja yang bisa menguatkan ketahanan pangan nasional," kata Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, saat menghadiri Bazar Pangan Murah di Pendopo Kepatihan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Jumat (9/12).

Berdasarkan keterangan tertulis diterima di Jakarta, Moeldoko juga menyosialisasikan penggunaan sorgum karena tanaman pangan itu dapat tumbuh baik di kondisi lahan kering. Dengan begitu, saat terjadi fenomena El Nino pada tahun 2023, sorgum bisa menjadi sumber alternatif pangan bagi masyarakat Indonesia.

"Saya sudah memelopori menanam sorgum di Waingapu, Nusa Tenggara Timur. Sorgum itu tanaman yang bisa ditanam secara masif, di lahan-lahan marginal atau kering. Nah, alternatif-alternatif seperti ini kita harus cari," kata dia.

Seperti dikutip dari Antara, Moeldoko mengingatkan akan ancaman krisis pangan masih menjadi tantangan dunia pada tahun 2023. Saat ini, sudah banyak negara menerapkan kebijakan pembatasan ekspor pangan yang bisa berdampak pada ketahanan pangan nasional. "Dengan kondisi itu, kita punya duit, tetapi belum tentu bisa membeli makanan karena tidak bisa impor," kata dia.

Pangan Masih Cukup

Namun, saat ini kondisi pangan Indonesia masih cukup baik. Hal itu, menurut Moeldoko, salah satunya karena fenomena alam berupa La Nina, yakni kondisi cuaca basah dan hujan, yang telah memberikan keuntungan pada sektor pertanian.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memaparkan tujuh strategi dalam mengantisipasi dan memitigasi dampak dari fenomena alam La Nina, yang dapat menyebabkan banjir di lahan pertanian.

Dalam konferensi pers penetapan target luas tanam di Ruang Agriculture War Room Kementan, Mentan Syahrul menjelaskan langkah pertama adalah pihaknya akan melakukan pemetaan (mapping) wilayah rawan banjir, sesuai dengan tingkat intensitas curah hujan di daerah tersebut.

"Semua jajaran pemerintahan harus mampu mapping wilayah rawan banjir, yang mana wilayah merah, kuning dan hijau, semua tetap waspada dan kita prediksi daerah rawan itu. Kalau mapping-nya ada, tentu persiapan kita akan lebih maksimal," katanya.

Syahrul menjelaskan dampak dari anomali iklim tersebut, akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia akan meningkat sebesar 20-40 persen di atas normal.

Akibatnya, intensitas curah hujan yang tinggi ini akan memicu banjir hingga tanah longsor. Beberapa wilayah yang diprediksi mengalami peningkatan curah hujan, yakni Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua.

Selain pemetaan wilayah banjir, strategi kedua adalah sistem peringatan dini (early warning system) dengan melakukan pemantauan terhadap laporan cuaca dari BMKG agar dapat diantisipasi oleh jajaran Kementan.

Strategi ketiga, tambah dia, membentuk brigade bencana alam yang siaga di setiap provinsi hingga kabupaten. Kemudian, melakukan pompanisasi in and out dari sawah, serta melakukan rehabilitasi jaringan tersier terutama di daerah rawan banjir.

"Kelima, menggunakan benih yang tahan genangan, seperti varietas Inpara 1 sampai 10, Inpari 29, Inpari 30, varietas unggul lokal yang kita miliki," kata Mentan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top