Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemilu Filipina

Kritikus Duterte Calonkan Diri Jadi Senat

Foto : AFP/Ted ALJIBE

Calonkan Diri Kembali l Petahana senator dan kritikus Presiden Duterte, Leila de Lima, memperlihatkan surat suara usai pencoblosan dalam pemilu 2019 di sebuah TPS Kota Paranaque pinggiran Manila. Dalam pemilu 2022 ini, de Lima kembali mencalonkan diri sebagai anggota Senat, walau saat ini ia masih mendekam di penjara.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Dari balik jeruji besi, senator dan juru kampanye hak asasi manusia Filipina, Leila de Lima, mencalonkan diri kembali untuk jadi anggota senat dengan harapan ia memiliki peluang untuk sekali lagi "melawan" Presiden Rodrigo Duterte.

De Lima adalah salah seorang kritikus lokal yang paling vokal dan kuat setelah Duterte duduk di kursi kekuasaan pada 2016 dan meluncurkan kampanye perang narkoba yang mematikan, sampai de dijebloskan sel penjara selama lima tahun terakhir atas tuduhan terlibat perdagangan narkoba.

Walau telah diberangus, de Lima menyatakan dirinya belum "dihancurkan" seperti yang diucapkan Duterte. Sebaliknya, perempuan berusia 62 tahun itu mencalonkan diri lagi untuk posisi anggota Senat dalam pemilihan nasional Mei, bertekad untuk melanjutkan kampanyenya melawan Duterte.

"Saya mencalonkan diri karena terus terang karena tugas saya belum selesai," kata de Lima kepadaAFPlewat tulisan tangan yang dikirim dari markas besar polisi nasional Manila, tempat ia ditahan.

"Saya dipenjara karena memperjuangkan kebenaran dan keadilan melawan tirani dan impunitas. Saya tidak salah melakukannya dan akan terus berjuang untuk membuktikan bahwa apa yang saya perjuangkan sepadan dengan pengorbanannya," imbuh dia.

Harapkan Keadilan

Sebelum penangkapannya pada 24 Februari 2017, de Lima telah menghabiskan satu dekade menyelidiki pembunuhan oleh kelompok yang menamakan diri mereka sebagai "pasukan kematian" yang diduga diatur oleh Duterte selama masa jabatannya sebagai Wali Kota Davao dan kemudian pada hari-hari awal kepresidenannya.

De Lima melakukan penyelidikan saat menjabat sebagai komisaris HAM Filipina dan kemudian dilanjutkan dari 2010 hingga 2015 sebagai menteri kehakiman di masa pemerintahan Presiden Benigno Aquino.

Pada pemilu 2016, de Lima memenangkan kursi Senat dan ia menjadi salah satu sosok politisi dari segelintir oposisi yang berhasil duduk sebagai anggota senat. Tetapi Duterte kemudian menuduhnya terlibat dalam menjalankan jaringan perdagangan narkoba dengan penjahat yang mendekam di penjara saat ia masih jadi menteri kehakiman.

"Tuduhan itu adalah tindakan balas dendam oleh Duterte untuk membungkam saya dan peringatkan bagi orang lain untuk tidak menentangnya," kata de Lima.

Namun de Lima berharap dia akan segera mendapatkan keadilan. Duterte, yang secara konstitusional dilarang mencalonkan diri kembali dan menghadapi penyelidikan internasional atas perang obat biusnya, akan kehilangan perlindungan dari tuntutan pidana ketika dia meninggalkan jabatannya.

"Keadilan bagi saya adalah penghentian kasus saya serta penuntutan terhadap Duterte dan semua orang yang dengan sengaja mengarang dan mengajukan tuntutan palsu terhadap saya," kata dia.

Sejak penangkapannya, salah satu dari tiga dakwaan terhadap de Lima telah dibatalkan dan dua saksi penuntut telah meninggal. Proses kasusnya di pengadilan berjalan lamban dan hal itu bukanlah hal yang aneh di Filipina, di mana kasus-kasus kecil bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan melalui sistem peradilan yang kacau. Pandemi Covid-19 pun membuat prosesnya semakin lambat.

De Lima mengatakan dia optimis siapa pun yang menggantikan Duterte, dia akan segera dibebaskan. "Menteri kehakiman mendatang tidak akan memiliki motivasi untuk terus memberatkan hukuman terhadap saya," pungkas dia.AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top