Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kritik Perang Ukraina, Mantan Jurnalis TV Rusia Dihukum 8,5 Tahun Penjara

Foto : AP/Christophe Ena

Mantan jurnalis TV pemerintah Rusia Marina Ovsyannikova menghadiri konferensi pers Jumat, 10 Februari 2023 di Paris, Prancis. Sebuah pengadilan di Moskow pada Rabu secara in absentia menjatuhkan hukuman 8,5 tahun penjara kepadanya karena memprotes perang Rusia di Ukraina.

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKOW - Pengadilan Moskow pada Rabu (4/10) menjatuhkan hukuman 8,5 tahun penjara kepada mantan jurnalis TV pemerintah secara in absentia karena memprotes perang Rusia di Ukraina, tindakan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang semakin meningkat sejak invasi dimulai hampir 20 bulan lalu.

Dilaporkan Associated Press, Marina Ovsyannikova didakwa menyebarkan informasi palsu tentang tentara Rusia, sebuah pelanggaran pidana berdasarkan undang-undang yang diadopsi tak lama setelah Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina.

Dia melancarkan aksi protes di dekat Kremlin pada Juli 2022, sambil memegang papan bertuliskan, "Putin adalah seorang pembunuh. Tentaranya adalah fasis. 352 anak telah terbunuh. Berapa banyak lagi anak yang harus mati agar Anda bisa menghentikannya?"

Ovsyannikova ditahan dan menjadi tahanan rumah, namun berhasil melarikan diri ke Prancis bersama putrinya. Pihak berwenang Rusia memasukkannya ke dalam daftar orang yang dicari dan mengadilinya secara in-absentia.

Sebelumnya Ovsyannikova bekerja untuk Channel One milik pemerintah, salah satu stasiun TV nasional paling populer di Rusia. Dia menjadi berita utama internasional pada Maret 2022 setelah muncul di belakang pembawa acara berita malam Channel One dengan tulisan: "Hentikan perang, jangan percaya propaganda, mereka berbohong kepada Anda di sini."

Dia berhenti dari pekerjaannya di televisi tersebut, didakwa meremehkan militer Rusia dan didenda 30.000 rubel (270 dolar AS pada saat itu).

Sejak awal invasi, hampir 8.000 warga Rusia menghadapi tuduhan pelanggaran ringan dan lebih dari 700 orang terlibat dalam kasus pidana karena berbicara di depan umum atau memprotes perang, menurut kelompok hak asasi manusia dan bantuan hukum OVD Info.

Pihak berwenang juga menggunakan undang-undang yang melarang kritik terhadap apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" untuk menargetkan tokoh oposisi, aktivis HAM, dan media independen. Kritikus utama telah dijatuhi hukuman penjara yang lama, kelompok HAM terpaksa ditutup, situs berita independen diblokir, dan jurnalis independen meninggalkan negara itu karena takut dituntut.

Banyak yang diasingkan ke luar negeri telah diadili, dinyatakan bersalah, dan dijatuhi hukuman penjara secara in absentia.

Skala tindakan keras ini belum pernah terjadi sebelumnya di Rusia pasca-Soviet.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Lili Lestari

Komentar

Komentar
()

Top