Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Kawasan I AS Diperkirakan Diskusikan soal Junta Militer

Krisis Myanmar Akan Jadi Bahasan di KTT Asean

Foto : AFP/TANG CHHIN Sothy

Asisten Menteri Luar Negeri AS, Daniel Kritenbrink.

A   A   A   Pengaturan Font

PHNOM PENH - Para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/Asean) dijadwalkan bertemu dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Asean di Phnom Penh, Kamboja, pada Kamis (10/11).

Selain membahas tentang kekerasan di Myanmar, pertemuan selama empat hari itu juga diperkirakan akan membahas tentang perselisihan di Laut Tiongkok Selatan (LTS), isu pemulihan pandemi, perdagangan, dan perubahan iklim.

KTT ini akan menjadi awal terselenggaranya pertemuan-pertemuan besar di Asia tenggara. Setelah KTT Asean di Kamboja, KTT G20 akan berlangsung di Bali, Indonesia, dan dilanjutkan dengan forum kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bangkok, Thailand.

Jelang KTT Asean, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Daniel Kritenbrink, mengatakan bahwa negaranya akan berbicara dengan negara-negara Asean tentang tindakan tambahan apa yang perlu diambil untuk menekan junta militer Myanmar.

"Kami tidak akan duduk diam melihat kekerasan ini berlanjut," ujar Kritenbrink.

Sejak junta militer merebut kekuasaan pada Februari 2021 lalu, Asean telah berusaha memainkan peran pendamai. Namun, pada pertemuan khusus akhir Oktober lalu, para menteri luar negeri anggota Asean mengakui bahwa upaya mereka untuk membawa perdamaian belum berhasil.

Mereka pun menyerukan tindakan konkret, praktis, dan terikat waktu untuk mendukung implementasi konsensus lima poin perdamaian yang sebelumnya disepakati April tahun lalu.

Sebelumnya, pertemuan menteri luar negeri anggota Asean pada Agustus lalu telah mengkritik Myanmar atas kurangnya kemajuan. Mereka juga memutuskan agar masalah tersebut dibahas lebih lanjut oleh para pemimpin Asean di Phnom Penh.

Para pakar menyebut ada kemungkinan bahwa keputusan untuk mengambil tindakan lebih keras atas Myanmar akan terus tertunda bahkan sampai Indonesia kembali mendapatkan rotasi kepemimpinan Asean di 2023.

"Ada kemungkinan mereka memilih untuk menunda dan membiarkan masalah ini lagi," kata Thomas Daniel, seorang ahli dari Institut Strategi dan Studi Internasional Malaysia.

Berebut Pengaruh

Sementara itu Presiden AS, Joe Biden, dijadwalkan akan hadir dalam KTT Asean. Kehadiran Biden dinilai sebagai upaya untuk menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik, mengingat Tiongkok juga melakukan hal yang sama.

"Dengan menghadiri KTT Asean secara langsung, Biden akan mampu mendorong kepentingan Amerika dan memperlihatkan komitmennya di kawasan," kata Kritenbrink.

Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dan Presiden Russia, Vladimir Putin, diperkirakan tidak akan hadir dalam KTT tersebut. Tiongkok dan Russia diperkirakan akan mengirimkan delegasi tingkat tingginya yang dikepalai oleh Perdana Menteri Li Keqiang untuk Tiongkok dan kemungkinan besar Menteri Luar Negeri Russia, Sergei Lavrov, untuk Rusia.

Sebagai pemegang rotasi kepemimpinan Asean, Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, juga mengaku telah mengundang Ukraina untuk berpartisipasi dalam KTT. Menteri Luar Negeri Ukraina diperkirakan akan hadir, meskipun belum ada pengumuman resmi.

"Dari perbincangan Hun Sen dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy di awal bulan ini, Zelenskyy meminta untuk berpartisipasi melalui video, tetapi belum jelas apakah permintaan tersebut disetujui atau tidak," demikian menurut keterangan dari kantor PM Kamboja. DW/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top