Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Krisis - Trump Resmi Teken Tarif Impor Baja dan Aluminium

Krisis Keuangan Pasti Datang, Hanya soal Waktu

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Peneliti Prakarsa, Irvan Tengku Harja, mengatakan Indonesia patut mewaspadai dan mengantisipasi pernyataan miliarder dunia yang juga pelaku senior pasar global, Bill Gates dan juga Warren Buffet, tentang bakal munculnya kembali krisis keuangan seperti pada 2008 itu. "Sebab, kini program QE tidak bisa dilakukan lagi.

Bahkan, kebijakan AS saat ini justru berdampak pada keringnya likuiditas global yang mengakhiri era dana murah," ungkap dia, ketika dihubungi, Jumat (9/3). Menurut dia, ada dua kebijakan AS yang membuat era dana murah berakhir. Pertama, kebijakan normalisasi neraca Bank Sentral AS yang akan menarik pulang dana 3,7 triliun dollar dari program QE.

Kedua, kebijakan perpajakan Presiden Donald Trump akan memaksa korporasi membawa pulang dana sekitar dua triliun dollar AS yang biasa ditempatkan di pasar global. "Jadi, bagi Indonesia bila krisis keuangan datang lagi, dampaknya akan lebih membahayakan," imbuh Irvan. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah sebaiknya tidak berdalih lagi bahwa perekonomian Indonesia masih lebih sehat, dengan indikator rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) yang lebih rendah dari AS, Tiongkok, Jepang, maupun Korea. "

Indonesia bisa cetak rupiah, tapi tidak bisa cetak dollar seperti AS. Maka rasio utang tidak bisa tak bisa dibandingkan mereka. Mereka negara kreditur, sedangkan kita negara debitur, pengutang. Bagaimana kita akan hadapi krisis itu," tukas Irvan. Bahkan, AS yang merupakan negara industri dan kaya raya masih merasa tidak tahan dengan defisit perdagangan, sehingga Trump menerapkan tarif impor dengan alasan keamanan negara untuk melindungi industri dalam negeri.

"Trump 100 persen benar. Jika defisit terus bisa jebol. Jika AS yang negara industri saja tidak tahan, bagaimana kita yang tidak punya industri kuat, hanya jualan komoditas primer bisa bertahan dengan defisit," papar Irvan.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top