KRI Nanggala 402 Miliki 'Collapse Death'
Foto: ANTARA FOTO/Fikri YusufKapal Republik Indonesia (KRI) Nanggala 402 dinyatakan tenggelam (subsunk) Sabtu (24/4), sehingga 53 awaknya dinyatakan gugur. Kapal selam kelas Cakra ini tenggelam di perairan utara Bali pada kedalaman 838 meter.
Hal ini mengubah status hilang (submiss) yang diumumkan Rabu (21/4), pukul 06:46 WITA. Selain itu, juga mengganti status hilang kontak atau (sublook) yang dikeluarkan pukul 05.15 WITA di hari sama.
"Dengan kesedihan mendalam, selaku Panglima TNI, saya nyatakan bahwa 53 personel on board KRI Nanggala 402 telah gugur," kata Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, dengan terbata-bata dalam konferensi pers Minggu (25/4).
Status tenggelamnya KRI Nanggala 402 diumumkan setelah TNI mendapat laporan dari kapal MV Swift Rescue, milik Singapura. Kapal ini mendapat kontak visual dari badan kapal yang berada pada posisi 07 derajat 48 menit 56 detik selatan dan 114 derajat 51 menit 20 detik timur.
Selain kontak visual, tim juga berhasil mendapat enam benda milik kapal selam tersebut, di antaranya pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa (pendingin), pelumas (grease), alat salat, potongan-potongan sponge penahan panas, dan tumpahan solar.
Benda-benda itu naik ke permukaan karena kapal pecah. "Ini bagian-bagian dari KRI Nanggala. Di sana KRI Nanggala pecah jadi 3 bagian," ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono.
Proses pencarian oleh MV Swift Rescue melibatkan robot bawah laut (Remotely Operated Vehicle/ROV). ROV berperan membantu para kru menemukan dan melihat lokasi pasti Nanggala 402.
Visualisasi ROV dapat membersihkan puing sekitar lokasi untuk operasi penyelamatan oleh DSAR 6. Kapal MV Swift Rescue dilengkapi kemampuan pelarian dan penyelamatan kapal selam atau Submarine Escape and Rescue (SMER).
Dengan tenggelamnya KRI Nanggala 402, maka Indonesia hanya tinggal memiliki empat kapal selam. Mereka adalah Kapal Selam Cakra 401, Nagapasa 403, Ardadedali 404, dan Alugoro 405.
Dari empat kapal tersebut, hanya tiga yang beroperasi. Sebab, kapal selam sekelas Nanggala, yaitu KRI Cakra 401, saat ini masih dalam perawatan (overhaul) di PT PAL sejak tahun lalu. Hal ini memprihatinkan karena Indonesia dengan wilayah luat yang begitu luas, idealnya memiliki sedikitnya 12 kapal selam.
Terlalu Dalam
Laksamana Yudo mengatakan belum mengetahui secara pasti penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402. Namun yang jelas bukan karena ledakan, apalagi ledakan torpedo seperti disangkakan. Sebab, kapal ini juga tengah membawa senjata itu untuk diluncurkan dalam latihan.
Menurut Yudo, jika terjadi sonar kapal lain yang berada di dekatnya dipastikan bisa mendeteksinya. "Bukan ledakan, kalau ledakan ambyar semua," ujar Yudo.
Media Hankook Ilbo di Korea melaporkan, KRI Nanggala402 menjalani latihan simulasi untuk memeriksa fungsi peluncuran torpedo. Mengutip pernyataan seorang ahli kapal selam, penyebabnya bisa jadi karena masuk melalui pipa torpedo. "Atau karena itu kapal selam yang sangat tua, sistem perpipaan air laut bisa tidak tahan tekanan air," kata ahli tersebut.
"Mengingat kapal selam biasanya bertahan 25 tahun, itu sudah cukup tua," tulis media itu.
Adapun Nanggala berumur 40 tahunan.
Menurut laman Posco Newsroom, kapal selam dibuat sangat kuat. Logam yang digunakan untuk membangun kapal selam harus padat, tidak korosif dan ringan. Bahannya dibuat dari baja yang mampu menahan korosi, namun ringan untuk mendukung kecepatan dan manuver secara lincah.
Kapal selam memiliki konstruksi lambung ganda atau tunggal agar melaju cepat dan bermanufer dengan baik. Pada lambung luar yang terbuat dari baja, memungkinkan kapal selam mencapai kedalaman 250-350 meter. "Namun pada kedalaman lebih jauh dari itu, kapal tidak lagi mempu menahan tekanan," tulis laman tersebut.
Menurut Pejabat dari Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Korea Selatan, Ahn Guk hyeon, kepada Harian Hankook Ilbo, KRI Nanggala 402 memiliki collapse death atau kedalaman di mana badan kapal gagal bertahan, pada 200 meter.
Angka tersebut diperoleh berdasarkan penelitian saat perusahaan ini memperbaiki struktur dan sistem internal Nanggala pada 2009 hingga 2012. Ia menduga penyebab tenggelamnya karena kapal tersebut menyelam terlalu dalam. "Kapal selam Angkatan Laut Indonesia buatan Jerman yang hilang setelah membawa 53 orang itu ternyata menjalani latihan paksa," seperti dikutip harian tersebut Senin (26/4).
Koresponden media tersebut, Chanyu Go, dalam laporannya dari Jakarta menulis, "Bahkan kapal selam tersebut diketahui tidak pernah menjalani pelatihan kapal selam selama tiga tahun terakhir."
Sekretaris Submarine Institute of Australia, Frank Owen, menambahkan, "Di kedalaman 500 meter, lambung kapal dapat berubah bentuk apa pun yang akan terjadi akibat tekanan. Sebab, kapal selam melakukan kompresi, kemudian mengembang lagi," katanya kepada ABC.
"Tapi di bawah itu, dengan cepat menjadi semakin berubah bentuk, dan tidak akan pernah pulih. Sampai akhirnya lempengan itu sendiri terbelah atau pecah," lanjut Frank Owen.
Direktur Pusat Penelitian dalam Lingkungan Khusus di Sekolah Kedokteran Universitas Buffalo, Dr Claes Lundgren, mengatakan tekanan hidrostatis air meningkat sebanyak 1 atm setiap turun 10 meter. Jika tekanan di udara adalah 1 atm, maka tekanan di kedalaman 850 meter adalah 85 atm. Sementara itu, manusia hanya bisa bertahan pada tekanan 3-4 atm.
"Pada kedalaman 100 kaki atau 30,48 meter, manusia akan mengalami empat kali tekanan normal. Hal itu menyebabkan jaringan spons paru-paru mulai berkontraksi, yang akan membuat penyelam hanya memiliki sedikit pasokan udara yang terhirup di permukaan," ujar dia.
Dari penjalasan-penjelasan tersebut maka tidak mungkin kapal selam bisa bertahan pada kedalaman tersebut. Selain itu, tidak mungkin bagi awak kapal selam keluar untuk menyelamatkan diri karena tekanan yang kuat. hay/G-1
Berita Trending
Berita Terkini
- Semua Warga Harus Waspada, Studi: Curah Hujan Ekstrem dan Banjir Jadi Karakteristik Tahun 2024
- Kendalikan Penyebaran Wabah, Kementan Bentuk Satgas PMK Nasional
- Kapolda Kaltara dukung ketahanan pangan warga perbatasan
- Warga tangkap perampas handphone milik bocah di Tanah Abang
- Spora Comm Dorong Karyawan Raih Pendidikan Pascasarjana