Selasa, 11 Feb 2025, 02:59 WIB

Korut akan Produksi “Drone” dengan Dukungan Russia

Sebuah drone diikutsertakan dalam parade militer peringatan Perang Korea di Pyongyang pada Juli 2022 lalu. Pada Senin (10/2), kantor berita NHK melaporkan bahwa Korut mulai tahun ini akan memproduksi beberapa jenis drone berkat kerja sama dengan Russia. 

Foto: AFP/KCNA VIA KNS

TAIPEI – Laporan media terkini menyebutkan bahwa Korea Utara (Korut) mulai tahun ini akan memproduksi beberapa jenis pesawat tak berawak (drone) berkat kerja sama dengan Russia, setelah Moskwa setuju untuk memberikan dukungan teknis kepada Pyongyang sebagai imbalan atas bantuan militernya dalam perang melawan Ukraina.

“Kedua negara telah mencapai kesepakatan di mana Russia akan memberikan bantuan teknis kepada Korut untuk mengembangkan dan memproduksi secara massal berbagai jenis drone,” lapor NHK yang mengutip beberapa narasumber yang tidak disebutkan namanya, Senin (10/2).

“Perjanjian ini merupakan imbalan atas pengerahan tentara Korut untuk membantu Russia dalam perangnya melawan Ukraina,” imbuh NHK.

Menurut Ukraina dan Amerika Serikat (AS), sebanyak 12.000 tentara Korut berada di Russia untuk berperang melawan pasukan Ukraina yang menduduki beberapa bagian wilayah Kursk, Russia, pada Agustus lalu, meskipun Korut maupun Russia tidak mengakui kehadiran mereka.

Korut juga telah dicurigai mengirimkan senjata ke Russia untuk mendukung invasinya ke Ukraina. Korea Selatan (Korsel) pada Oktober lalu mengatakan bahwa Korut telah mengirimkan sekitar 7.000 kontainer senjata ke Russia selama dua bulan sebelumnya, sehingga jumlah total kontainer mencapai 20.000 kontainer.

Pada November lalu, pemimpin Korut, Kim Jong-un, sempat mengatakan bahwa ia ingin negaranya memulai produksi massal drone bunuh diri.

“Kim Jong-un menggarisbawahi perlunya membangun sistem drone sedini mungkin dan memulai produksi massal berskala penuh,” demikian laporan media pemerintah pada saat itu.

Menurut lembaga pemikir Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Washington DC, Russia mungkin menyediakan teknologi pesawat tak berawak dan misil kepada Korut sebagai imbalan atas pasukan Korut yang bertempur di Kursk, dan menambahkan bahwa Korut akan menggunakan perang di Ukraina sebagai tempat uji coba kemampuan militernya.

Mengutip laporan sebuah kantor berita yang melaporkan bahwa misil balistik Korut yang ditembakkan oleh pasukan Russia sejak Desember 2024 telah menunjukkan peningkatan akurasi yang signifikan, ISW mengatakan bahwa peningkatan tersebut diperoleh melalui aliansi Korut-Russia.

Penilaian ISW tersebut digaungkan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang pada Sabtu (8/2) lalu mengatakan bahwa Russia dengan sengaja mentransfer teknologi modern ke Korut, termasuk teknologi pesawat tak berawak.

Sementara itu NHK yang mengutip keterangan dari sejumlah narasumber mengatakan bahwa Russia enggan memberikan dukungan untuk pengembangan senjata nuklir Korut. Narasumber tersebut mengatakan bahwa Russia khawatir bahwa faktor-faktor seperti uji coba nuklir Korut akan memperumit hubungan Russia dengan AS dan juga negara-negara tetangganya, termasuk Tiongkok.

Kirim Pekerja

Sementara itu dari Korsel dilaporkan bahwa Korut tahun lalu juga telah mengirim sejumlah besar pekerja ke Russia selain mengirimkan pasukan.

“Korut telah mengirim ribuan pekerja ke lokasi konstruksi di berbagai wilayah Russia selama setahun terakhir,” lapor Badan Intelijen Nasional (NIS) Korsel di Seoul pada Minggu (9/2).

Russia mungkin merekrut pekerja Korut untuk mengisi kesenjangan dalam industri konstruksi yang disebabkan oleh agresi berkepanjangan terhadap Ukraina, menurut Perwakilan Partai Demokratik Korea Wi Sung-lac, yang merupakan duta besar Seoul untuk Russia.

“Saya duga pekerja Korut mungkin direkrut untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja setelah banyak yang direkrut untuk perang,” kata Dubes Wi kepada The Korea Herald.

Penempatan pekerja Pyongyang ke luar negeri sebenarnya telah melanggar Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melarang pengiriman pekerja Korut. Korut dan Russia dituduh telah menghindari pembatasan ini dengan mengeksploitasi visa pelajar dan celah hukum lainnya. RFA/ST/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Ilham Sudrajat

Tag Terkait:

Bagikan: