
Korsel-Tiongkok Bersitegang Terkait Struktur di Laut Kuning
Kapal riset Korsel, RV Onnuri, saat berlayar melintasi dekat pantai Kepulauan Geoje, Korsel, beberapa waktu lalu. Kementerian Luar Negeri Korsel pada Kamis (19/3) melaporkan bahwa kapal riset ini telah dicegat oleh pihak berwenang Tiongkok.
Foto: marinetraffic.comSEOUL - Pihak berwenang Korea Selatan (Korsel) dan Tiongkok saling berhadapan di laut selama dua jam bulan lalu setelah pihak berwenang Tiongkok memblokir upaya Korsel untuk menyelidiki struktur baja yang didirikan oleh Beijing di perairan mereka yang tumpang tindih di Laut Kuning, menurut Kementerian Luar Negeri Korsel.
Ketegangan itu terjadi pada tanggal 26 Februari, ketika Institut Ilmu Kelautan dan Teknologi Korsel mengerahkan kapal penelitiannya, RV Onnuri, untuk memeriksa struktur di Zona Tindakan Sementara (Provisional Measures Zone/PMZ), sebuah wilayah yang disengketakan di mana zona ekonomi eksklusif kedua negara saling tumpang tindih.
Intelijen Korsel sebelumnya mendeteksi pembangunan struktur baja bergerak milik Tiongkok yang berukuran lebih dari 50 meter baik tinggi maupun diameternya di perairan yang juga dikenal sebagai Laut Utara.
“Saat RV Onnuri mendekat, empat personel Tiongkok dalam dua perahu karet mencegatnya, mencegah peneliti Korsel mengerahkan peralatan inspeksi,” kata pejabat dari Kementerian Luar Negeri Korsel kepada media sebagaimana dikutip oleh kantor berita RFA, Kamis (19/3).
Meskipun kapal Korsel mengatakan penyelidikannya sah, pihak Tiongkok mengatakan bangunan itu adalah sebuah aquafarm (tempat budidaya air laut) dan meminta kapal Korsel untuk pergi.
Sebagai tanggapan, Penjaga Pantai Korsel mengirimkan kapal patroli, yang mengakibatkan ketegangan dengan otoritas maritim Tiongkok yang berlangsung selama dua jam dengan beberapa warga sipil Tiongkok dilaporkan membawa pisau tetapi tidak terjadi bentrokan fisik.
“Kami telah menyampaikan sikap tegas kami kepada Tiongkok terkait insiden yang dilaporkan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel, Lee Jae-woong, dalam jumpa pers pada Selasa (18/3).
“Kami secara aktif bekerja sama dengan lembaga pemerintah terkait untuk memastikan hak dan kepentingan maritim yang sah di Laut Kuning,” imbuh Lee.
Penegasan Beijing
Terkait insiden ini, Beijing tidak menolak atau mengakui laporan tersebut. Konfrontasi semacam itu jarang terjadi antara Tiongkok dan Korsel, yang telah membangun hubungan bisnis yang luas meskipun Tiongkok mendukung pesaing utama Korsel yaitu Korut.
Menanggapi pertanyaan tentang pertikaian tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, mengatakan bahwa ia tidak mengetahui secara spesifik tetapi menambahkan bahwa situasi di Laut Kuning stabil.
“Terkait sengketa maritim antara kedua belah pihak, Tiongkok dan Korsel tetap menjaga komunikasi yang baik melalui mekanisme dialog dan kerja sama urusan maritim, dan otoritas penegakan hukum maritim kedua negara juga memiliki saluran komunikasi yang lancar,” kata Mao.
Korsel dan Tiongkok diketahui telah menandatangani Perjanjian Perikanan Bilateral pada bulan Agustus 2000, yang mulai berlaku pada bulan Juni 2001. Perjanjian tersebut menetapkan PMZ di Laut Kuning, yang memungkinkan kapal penangkap ikan dari kedua negara untuk beroperasi di dalam zona tersebut dan mengelola sumber daya laut secara bersama-sama.
Perjanjian tersebut melarang aktivitas apapun di luar navigasi dan penangkapan ikan di PMZ.?
Meskipun ada kesepakatan, Tiongkok telah memasang beberapa struktur baja besar di zona tersebut, termasuk dua struktur pada bulan April dan Mei tahun lalu, dan satu lagi tahun ini, sehingga meningkatkan kekhawatiran Korsel atas potensi sengketa teritorial di wilayah perairan itu.
Pihak Beijing sebelumnya bersikeras bahwa bangunan-bangunan itu ditujukan untuk tujuan akuakultur. RFA/I-1
Berita Trending
- 1 Polresta Pontianak siapkan 7 posko pengamanan Idul Fitri
- 2 Awak Bus di Purwokerto Cek Kesehatan Jelang Angkutan Mudik Lebaran
- 3 TNBTS menyangkal pelarangan drone berkaitan dengan ladang ganja
- 4 Polda Sulawesi Barat Menggelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis kepada Masyarakat
- 5 Rupiah Tak Kuasa Hadapi Tekanan Bertubi-tubi, Simak Prosyeksinya