Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea

Korsel Perlu Bujuk Tiongkok Soal Unifikasi Korea

Foto : AFP/DANIEL MUNOZ

Ban Ki-moon

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, pada Selasa (2/9) menyatakan bahwa Korea Selatan (Korsel) perlu terus membujuk Tiongkok agar memahami bahwa unifikasi dua Korea tidak hanya akan berkontribusi pada perdamaian dunia, tetapi juga menguntungkan kepentingan Tiongkok.

Ban menyampaikan pernyataan tersebut selama Global Korea Forum (GKF), sebuah forum global yang diselenggarakan oleh kementerian unifikasi dan dirancang untuk mendapatkan dukungan internasional bagi upaya Korsel menuju unifikasi damai.

Forum bertajukSeminasi Korea yang Bersatu untuk Kebebasan, Perdamaian, dan Kemakmuranini merupakan acara tahunan yang berfokus pada isu-isu keamanan dan kebijakan yang terkait dengan Semenanjung Korea.

"Sangat penting secara strategis untuk meyakinkan Tiongkok dan Jepang bahwa unifikasi akan memberikan kontribusi signifikan bagi perdamaian dunia dan akan bermanfaat bagi mereka juga," kata Ban dalam pidato utamanya.

Mantan diplomat tersebut juga menekankan perlunya pejabat Korsel untuk meyakinkan pemerintah Tiongkok bahwa aliansi Korsel-Amerika Serikat (AS) bukanlah ancaman dan pada akhirnya akan menguntungkan perdamaian dan stabilitas di kawasan.

"Ke depannya, kita harus menyajikan visi masa depan untuk aliansi Korsel-AS yang mencakup diplomasi, kerjasama militer, dan nilai-nilai demokrasi liberal," imbuh Ban.

Doktrin Baru

Forum ini sejalan dengan doktrin unifikasi baru yang diumumkan oleh Presiden Yoon Suk-yeol bulan lalu, yang berfokus pada memperluas akses warga Korea Utara (Korut) terhadap informasi eksternal dan mengusulkan pembentukan saluran dialog resmi antara kedua Korea untuk membahas berbagai isu.

Pada sesi lain dalam forum itu, Ri Il-gyu, mantan penasihat urusan politik di Kedutaan Besar Korut di Kuba, turut berpartisipasi dalam sesi yang membahas situasi di Korut.

Ri, seorang diplomat berpengalaman dari Korut yang dikenal sangat memahami Kuba, membelot ke Korsel bersama keluarganya pada November tahun lalu.

Ri mengatakan bahwa perang melawan korupsi yang dilancarkan oleh pemimpin Korut, Kim Jong-un, hanya menyebabkan lebih banyak suap yang menjadi taktik bertahan hidup di antara para pejabat tinggi Korut.

Ri juga mengatakan bahwasaat ini persepsi kelompok elite Korut semakin banyak yang kecewa dengan rezim Kim Jong-un karena mereka merasa cemas dengan kekhawatiran bahwa kesalahan sekecil apapun dapat membuat mereka kehilangan nyawa di bawah kepemimpinannya.

Meskipun skeptisisme terhadap rezim ini semakin meningkat, Ri mengklaim bahwa masyarakat Korut tidak dapat dengan mudah melawannya karena sistem pengawasan yang seperti jaring laba-laba dan pemerintahan yang penuh dengan teror.

"Rakyat Korut tidak memiliki harapan terhadap rezim. Mereka percaya bahwa yang membuat mereka dapat bertahan hidup adalah pasar, bukan Partai Pekerja yang berkuasa," ungkap Ri.

Mengenai sikap diam Korut mengenai doktrin unifikasi Seoul, Ri mengatakan bahwa Pyongyang mungkin melihat pengabaian sepenuhnya sebagai pilihan terbaik, mengingat bahwa pemimpinnya telah berfokus untuk menghapus referensi tentang unifikasi.Ant/Yonhap-OANA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top