Korsel Ingin Kemitraan Sempurna dengan AS
Kemitraan Keamanan l Warga Korsel yang sedang berada di sebuah stasiun kereta di Seoul sedang menyaksikan tayangan berita mengenai pilpres AS pada Rabu (6/11). Presiden Korsel pada Rabu (6/11) mengatakan bahwa pihaknya akan membangun kemitraan keamanan
Foto: AFP/Jung Yeon-jeSEOUL – Kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada Rabu (6/11) bahwa pihaknya akan membangun kemitraan keamanan yang sempurna dengan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS).
Seorang pejabat tinggi kepresidenan mengatakan kepada wartawan bahwa Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, diperkirakan akan berbicara dengan presiden terpilih AS dalam beberapa hari mendatang.
Seoul adalah sekutu setia AS di kawasan Asia, dengan sekitar 28.500 tentara Amerika ditempatkan di Korsel sebagai bagian dari upaya untuk menghalangi serangan Korea Utara (Korut) yang memiliki senjata nuklir.
“Selama 2,5 tahun terakhir sejak Yoon menjadi presiden, tidak ada seorang pun di kedua sisi politik di AS yang mempertanyakan pentingnya aliansi antara Korsel dan AS serta kebutuhan untuk mengembangkannya di tingkat global,” kata pejabat itu.
Pada Oktober, Washington DC dan Seoul menyetujui rencana lima tahun baru tentang pembagian biaya penempatan pasukan Amerika di Korsel.
Donald Trump, calon presiden AS dari Partai Republik pada pemilihan presiden 2024, selama masa jabatannya menuduh Korsel “menumpang” pada kekuatan militer AS, dan menuntut agar negara itu membayar sebanyak 5 miliar dollar AS per tahun untuk pengerahan militer AS.
Keterlibatan Korut
Sementara itu terkait dengan keberadaan tentara Korut di Kursk, Russia, kantor berita New York Times (NYT) yang mengutip pernyataan seorang pejabat senior AS dan pejabat senior Ukraina yang tidak disebutkan namanya, pada Selasa (5/11) melaporkan bahwa pasukan Korut telah bentrok dengan pasukan Ukraina.
“Keterlibatan (tentara Korut) itu terbatas,” kata pejabat Ukraina kepada NYT seraya mengatakan bahwa keterlibatan itu kemungkinan dimaksudkan untuk menyelidiki kelemahan garis pertahanan Ukraina.
Pasukan Ukraina melancarkan serangan ke wilayah Kursk yang berbatasan dengan Russia pada bulan Agustus lalu, menguasai sejumlah pemukiman dalam serangan balik pertama ke wilayah Russia sejak Moskwa melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Pentagon pada Senin (4/11) lalu mengatakan bahwa setidaknya ada 10.000 tentara Korut di Kursk, tetapi tidak dapat membuktikan laporan bahwa mereka terlibat dalam pertempuran.
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, mengatakan dalam sebuah sesi wawancara dengan televisi Korsel bahwa pertempuran pertama telah terjadi dengan pasukan Korut.
NYT melaporkan bahwa tidak jelas kapan pertempuran itu terjadi, sedangkan pejabat AS mengatakan kepada surat kabar itu bahwa sejumlah besar tentara Korut tewas dalam kontak senjata itu.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada Selasa (5/11) bahwa pertempuran pertama antara militer Ukraina dan pasukan Korut telah membuka halaman baru dalam ketidakstabilan di dunia. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung