Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kontroversi Pemeriksaan Payudara Sendiri

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Di Amerika Serikat (AS), kaum perempuan menghadapi satu dari delapan kemungkinan terkena kanker payudara di beberapa titik dalam hidup mereka. Kanker jenis ini menyumbang sekitar 30 persen dari semua kasus kanker baru pada perempuan setiap tahun.

Deteksi dini kanker payudara merupakan kunci keberhasilan penanganannya. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun bagi mereka yang didiagnosis dengan kanker invasif mencapai 99 persen. Angka itu turun menjadi 26 persen setelah menyebar ke bagian tubuh yang jauh, meski ini hanya mewakili 6 persen kasus.

Kegunaan pemeriksaan payudara sendiri bulanan, yang telah dipromosikan dokter selama lebih dari 30 tahun, baru-baru ini menjadi bahan perdebatan di kalangan komunitas medis. Beberapa organisasi besar, termasuk American Cancer Society AS, US Preventive Services Task Force (USPSTF) dan Cancer Research UK, tidak lagi merekomendasikan praktik pemeriksaan payudara sendiri.

Mengutip sebuah penelitian yang menyarankan pemeriksaan bulanan kanker payudara secara mandiri tidak mengurangi kematian akibat kanker payudara. Sebaliknya, wanita yang melakukannya hampir dua kali lebih mungkin melakukan biopsi yang tidak perlu, menurut Cancer Research UK.

Brian Wojciechowski, seorang ahli onkologi medis pada Crozer Health dan penasihat medis untukbreastcancer.org, menjelaskan melalui podcast organisasi. "Hanya dengan melihat kematian tidak menggambarkan gambaran keseluruhan pemeriksaan mandiri dapat membantu mencegah operasi dan kemoterapi yang lebih agresif," kata dia dikutipSmithsonian Magazine.

Organisasibreastcancer.orgterus merekomendasikan pemeriksaan mandiri bulanan yang dikombinasikan dengan mamografi, pemeriksaan dokter rutin, dan ultrasonografi (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI). Pedoman untuk mamografi bervariasi, tetapi USPSTF mengatakan perempuan berusia antara 50 dan 74 tahun yang rata-rata berisiko terkena kanker payudara harus menjalani mamografi setiap dua tahun sekali.

Mulai Juli 2021, situs web UK National Health Service atau Layanan Kesehatan Nasional Inggris tetap menyarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri, meskipun frekuensinya tidak ditentukan. Walaupun organisasi-organisasi ini mungkin telah menemukan bahwa pemeriksaan mandiri tidak mengurangi angka kematian namun perlu diketahui jika ada perubahan yang mencurigakan.

"Kita semua tahu bahwa mengetahui perubahan yang mencurigakan tepat waktu dapat meningkatkan level kelangsungan hidup penderita kanker payudara secara signifikan," kata Shefali Bohra, salah satu penemu alat deteksi kanker payudara Dotplot.

"Kami hanya ingin memfasilitasi deteksi dini sebanyak mungkin, sehingga orang tidak terbebani dengan diagnosis yang terlambat ini dan memiliki pengobatan yang seharusnya dapat dihindari seandainya mereka mengetahuinya lebih awal," tambah dia.

Sementara itu Karla Kerlikowske, seorang dokter perawatan primer dan profesor kedokteran, epidemiologi, dan biostatistik di University of California, San Francisco, mengatakan dia tidak mengajarkan pemeriksaan payudara sendiri kepada pasiennya. Namun demikian ia tetap menyarankan agar orang-orang memiliki kesadaran umum tentang perubahan dalam tubuh mereka.

Bohra setuju bahwa kesadaran tubuh sangatlah penting.

"Sebagian besar wanita yang kami ajak bicara tidak tahu apa yang normal," kata dia. "Mereka juga merasa kesulitan untuk mengingat apa yang mereka rasakan pada pemeriksaan diri sebelumnya. Itulah mengapa Dotplot memberikan catatan bulanan tentang jaringan payudara pengguna sehingga mereka tidak harus bergantung pada ingatan mereka tentang apa yang mereka rasakan sebelumnya dan dapat memiliki hasil yang objektif untuk ditinjau," pungkas dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top