Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Konsumsi Topang Pertumbuhan Ekonomi Jakarta pada Triwulan III-2023

Foto : Kora Jakarta/ Fredrikus W Sabini

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar (tengah) dalam bincang bincang Media di Bandung, Selasa (14/11) malam.

A   A   A   Pengaturan Font

BANDUNG - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar mengatakan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan III-2023 tetap solid. Meningkatnya konsumsi rumah tangga membuat pertumbuhan ekonomi Ibu Kota tetap tumbuh dan berdaya tahan.

Sejalan dengan perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Jakarta terangnya tetap kuat. "Pada triwulan III-2023, pertumbuhan ekonomi Jakarta tumbuh 4,93% (yoy) yang terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja konsumsi rumah tangga sejalan dengan mobilitas masyarakat yang meningkat didorong oleh banyaknya penyelenggaraan MICE dan event berskala besar," ungkap Arlyana dalam bincang bincang Media di Bandung, Selasa (14/11) malam.

Selain itu lanjutnya, kinerja investasi juga tumbuh positif sejalan dengan akselerasi penyelesaian proyek strategis baik Pemerintah maupun swasta. Dari sisi Lapangan Usaha, masih solidnya pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan III-2023 terutama ditopang oleh LU Infokom, Jasa Keuangan dan Konstruksi.

Pertumbuhan ekonomi Jakarta itu terang Arlyana selaras dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin tinggi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tumbuh baik dan berdaya tahan. Pada triwulan III-2023, pertumbuhan ekonomi Nasional tumbuh 4,94% (yoy), meskipun sedikit melambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,17% (yoy), yang ditopang oleh permintaan domestik yang solid.

Pertumbuhan ekonomi Nasional dan Jakarta yang tetap kuat juga disertai dengan inflasi yang terkendali dalam sasaran 3±1%. Inflasi Jakarta pada Oktober 2023 tercatat sebesar 2,08% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 2,56% (yoy).

Meskipun demikian bebernya, inflasi tersebut sedikit meningkat dari bulan lalu (1,89% yoy). "Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok Volatile Food (VF) sejalan dengan kenaikan harga beras dan daging ayam ras serta kelompok Administered Prices (AP) yang didorong oleh kenaikan harga rokok kretek filter dan rokok putih sejalan dengan kenaikan cukai rokok,"ungkap Arlyana.

Dia menjelaskan, inflasi yang masih tetap terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID, dan dukungan penguatan GNPIP di berbagai daerah.

Lanjutkan Tren Positif

Ke depan lanjut dia, perekonomian DKI Jakarta diprakirakan masih akan melanjutkan pertumbuhan yang tinggi pada 2023. Tingginya pertumbuhan ekonomi Jakarta tersebut didorong oleh mobilitas masyarakat yang semakin meningkat, optimisme masyarakat dan aktivitas pariwisata yang semakin meningkat didorong oleh pelaksanaan berbagai event dan MICE, hingga berlanjutnya berbagai proyek infrastruktur strategis baik Pemerintah maupun swasta.

Terlepas dari perkembangan positif tersebut, prospek dan laju pemulihan ekonomi Jakarta masih dibayangi oleh tingginya risiko baik yang bersumber dari global maupun domestik, yaitu masih berlanjutnya ketegangan geopolitik, berlanjutnya kenaikan suku bunga (FFR), serta perlambatan global dan tertahannya perekonomian Tiongkok.

Adapun untuk prospek inflasi IHK secara keseluruhan tahun 2023 diprakirakan terkendali dalam sasaran 3,0+1% (yoy). Tekanan inflasi pada 2023 tersebut diprakirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan normalisasi kenaikan harga BBM pada Tw III 2022 serta relatif masih terjaganya pasokan pangan didukung oleh penguatan program dalam rangka GNPIP.

Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai karena berpotensi dapat meningkatkan tekanan inflasi. Risiko tersebut diantaranya adalah dari sisi VF El Nino, kebijakan pembatasan ekspor negara produsen, tingginya harga pupuk dan pakan ternak, serta tertahannya pasokan impor bawang putih.

"Dari sisi AP kenaikan harga minyak dunia, serta lalu dari sisi CI kenaikan sewa/kontrak rumah seiring perbaikan mobilitas dan kenaikan harga emas dunia,"sebutnya.

Karena itu, sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak perlu untuk dilakukan dalam rangka memperkuat pertumbuhan ekonomi dan menjaga inflasi DKI Jakarta yaitu dengan menjaga daya beli dan keberlangsungan konsumsi rumah tangga, terutama jelang hari besar keagamaan nasional (HBKN) Nataru dan Pemilu.

Kolaborasi lainnya dengan mendorong akselerasi realisasi belanja Pemerintah, termasuk peningkatan elektronifikasi Pemda, mendorong pelaksanaan proyek strategis sesuai rencana, perbaikan iklim investasi, dan promosi investasi, mendorong digitalisasi UMKM untuk ekonomi lebih inklusif serta mengoptimalkan sektor utama dan mengembangkan sektor potensial untuk pertumbuhan ekonomi Jakarta yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan sebagai kota global.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top