Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Afrika

Kolonialisme Eropa Hancurkan Hubungan Antar Etnis di Rwanda

Foto : afp/ JOSE CENDON
A   A   A   Pengaturan Font

Dampak dari pemerintahan tidak langsung adalah pembagian penduduk Rwanda. Tujuannya untuk mengalihkan sentimen antikolonial dan kemarahan rakyat terhadap penjajah. Hal ini berdampak besar pada Rwanda pascakolonial karena akan menjadi sumber konflik internal dan kekerasan genosida yang terus-menerus.

Namun, Rwanda hanya menjadi koloni Jerman untuk waktu yang singkat. Dengan kekalahan Kekaisaran Jerman dalam Perang Dunia I, Rwanda diserahkan kepada Belgia sebagai bagian dari mandat Liga Bangsa-Bangsa. Pendudukan kolonial Belgia memiliki dampak yang jauh lebih lama di Rwanda.

Pemerintah kolonial Belgia memperkuat identitas Hutu dan Tutsi ke dalam kategori ras yang permanen dan ditentukan secara biologis. Sebelumnya, identitas ini bersifat cair, yang mana orang-orang dapat masuk dan keluar tergantung pada pekerjaan yang mereka lakukan dan status mereka di masyarakat.

Pemerintah kolonial menjadikannya penanda permanen orang-orang adalah Hutu atau Tutsi dan dilahirkan dalam salah satu dari keduanya. Orang-orang yang dikategorikan sebagai Tutsi kemudian diunggulkan untuk pekerjaan yang paling bergengsi dan dengan jumlah kekuasaan dan pengambilan keputusan yang lebih besar melalui kaum bangsawan dan raja.

Pemerintahan kolonial Belgia membangun opini bahwa Hutu dan Tutsi sebagai dua ras yang berbeda. Hutu adalah orang "Bantu" asli, dan Tutsi adalah penjajah "Hamitik." Pembagian ini menjadi katalisator kekerasan di Rwanda pascakolonial.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top