Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 18 Feb 2021, 12:00 WIB

Kisah Letjen Prabowo Saat Hendak Berangkat Perang ke Timor Timur

Prabowo Subianto saat masih bertugas di Kopassus

Foto: Istimewa

JAKARTA - Mengupas soal jejak kiprah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang tidak pernah ada habisnya. Banyak cerita menarik, baik itu yang heroik, maupun kisah tragedi.

Salah satunya, cerita menarik ini. Cerita tentang seorang jenderal bintang empat Kopassus yang kini telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa.

Jenderal baret merah bintang empat ini adalah Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar. Dia adalah salah satu putra terbaik Korps Baret Merah. Karirnya bisa dikatakan paripurna karena sempat jadi orang nomor satu di TNI Angkatan Darat.

Seperti diketahui, sang jenderal sudah menghembuskan napas terakhirnya, dipanggil Sang Ilahi. Jenderal kelahiran Bondowoso, 10 Februari 1940 itu dimakamkan di kompleks pemakaman Giri Bangun, kompleks pemakaman keluarga Soeharto. Di kompleks pemakaman itu pula, Jenderal Besar Soeharto dimakamkan.

Nah, soal Jenderal Wismoyo ini ada satu cerita menarik. Cerita menarik ini dituturkan Letjen Purn Prabowo Subianto, mantan Danjen Kopassus, yunior sekaligus mantan anak buah Wismoyo saat di Kopassus.

Prabowo menuturkan kisah tentang bekas komandannya di Kopassus ini dalam buku Prabowo Subianto Indonesia Menang terbitan Koperasi Garudayaksa Nusantara. Dalam buku itu, Prabowo berkisah, saat masih berpangkat perwira pertama, ia mendapat tugas untuk terjun ke palagan Timor Timur.

Kala itu, Wismoyo sudah berpangkat Letkol dan jadi atasan langsung Prabowo di baret merah. Prabowo masih ingat percakapannya dengan Wismoyo. Saat itu, tahun 1978.

Sebelum berangkat ke Timor Timur, Letkol Wismoyo sempat bertanya pada Prabowo, apakah sudah siap turun ke Timor Timur.

"Prabowo, kamu sudah siap berangkat operasi?" tanya Wismoyo kala itu.

Ditanya seperti itu, Prabowo langsung menjawab sigap. "Siap, Komandan, saya sudah siap".

Bagi seorang prajurit, ditugaskan ke mana pun harus siap. Meski ke medan pertempuran paling dahsyat sekali pun.

Mendengar jawaban tegas Prabowo, Wismoyo kembali bertanya, "Siap apanya?"

Kembali ditanya seperti itu, dengan suara tegas, Prabowo kembali menjawab pertanyaan komandannya itu.

"Senjata siap, peluru siap, perlengkapan siap, granat siap, peluru rocket launcher siap, logistik siap, makanan siap, obat-obatan siap."

Tapi Prabowo, sedikit kaget, ketika Letkol Wismoyo kembali berkata. Kata Wismoyo, bukan siap seperti itu yang dia maksud.

"Bukan itu yang saya maksud," kata Wismoyo dengan suara tegas.

Prabowo mengaku agak bingung mendengar ucapan komandannya. Ia pun coba berpikir, apa yang belum ia siapkan, hingga komandannya berkata seperti itu.

Ia pun langsung terpikir, peta Timor Timur yang belum ia siapkan. Maka ia pun kembali berkata, "Peta siap."

Lagi- lagi Prabowo dibuat bingung. Karena setelah dia berkata soal peta, Letkol Wismoyo tetap mengatakan, bukan itu yang dimaksud. Prabowo pun kembali berkata, bahwa selain peta, teropong pandang pun telah disiapkannya.

Lagi-lagi komandannya berkata, bukan itu yang dia maksud. Sampai akhirnya, komandannya itu mengatakan, agar Prabowo selama tugas di Timor Timur untuk tidak melupakan solat lima waktu. Meski dalam peperangan sekali pun.

Kata Letkol Wismoyo, yang ia maksud, Prabowo ini masih muda. Tapi, sudah harus bertanggung jawab atas 100 nyawa anak buahnya. Seratus nyawa yang dititipkan para keluarga prajurit yang jadi anak buah Prabowo di Timor Timur nanti.

"Keluarga mereka titip 100 nyawa di pundakmu. Kau menghadapi maut, harus dekat dengan Tuhan. Sudah siap belum? Kau sudah menghadap Yang Maha Kuasa belum? Ingat, Komandan itu harus dekat sama Tuhan. Kamu harus banyak sembahyang," kata Letkol Wismoyo.

Mendengar itu, Prabowo hanya tertegun. Setelah itu Letkol Wismoyo, komandannya memberikannya satu sajadah. Sembari berpesan, agar Prabowo tidak melupakan solat dan selalu ingat Tuhan. Benar-benar sebuah cerita yang mengetuk hati.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Agus Supriyatna

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.