Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Terobosan Besar Energi | Teknologi Mewujudkan Reaktor Fusi yang Gerakkan Jaringan Listrik

Kini Ilmuwan Merencanakan Pembangkit Listrik Fusi Pertama

Foto : OLIVIER DOULIERY/AFP

PENELITIAN FUSI NUKLIR | Menteri Energi AS, Jennifer Granholm (kiri) dan Direktur Laboratorium Nasional Lawrence Livermore, Kimberly Budil (tengah) bersama Direktur Kebijakan Sains dan Teknologi Kantor Gedung Putih, Arati Prabhakar saat memberikan keterangan mengenai penelitian fusi nuklir, di Departemen Energi AS di Washington, DC, belum lama ini.

A   A   A   Pengaturan Font

» Energi fusi akan mengubah masa depan karena murahnya harga energi dan tak adanya timbal karbon.
» Rencana pengembangan pembangkit listrik energi fusi mesti bisa membuat Indonesia catch up teknologinya.

LIVERMORE - Mengikuti apa yang dipuji sebagai "terobosan besar" di bidang energi fusi, Departemen Energi Amerika Serikat (AS) baru-baru ini dilaporkan mencoba untuk membawa terobosan itu ke dalam bentuk praktis dengan berinvestasi dalam pengembangan pabrik fusi percontohan.

Awal bulan ini, para peneliti di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore yang didukung pemerintah menggunakan "sistem laser energi terbesar dan tertinggi di dunia" untuk meledakkan cahaya pada kapsul kecil dengan bahan bakar deuterium-tritium. Itu dapat menghasilkan lebih banyak energi daripada yang telah ada, terobosan pertama di jalan kekuatan fusi yang telah lama ditunggu.

Dikutip dari Futurism, itu adalah sesuatu yang para ilmuwan coba capai setidaknya sejak 1950-an.

"Eksperimen tersebut memberikan bukti keberadaan bahwa hal ini mungkin," kata Direktur Program Fisika dan Desain Senjata di Livermore, Mark Herrmann, kepada The New York Times.

Percontohan

Hasil yang menggembirakan itu datang pada minggu yang sama ketika Departemen Energi memutuskan pengembang fusi mana yang akan memberikan hibah 50 juta dollar AS untuk membangun pabrik fusi berkapasitas 50 megawatt.

Tujuannya adalah "mudah-mudahan memungkinkan pilot fusi beroperasi pada awal 2030-an," kata seorang pejabat senior DOE kepada publikasi tersebut.

Ini adalah percontohan pertama dari jenisnya dan dapat mendorong perusahaan AS untuk berinvestasi dalam pengembangan teknologi yang dapat mewujudkan impian memiliki reaktor fusi yang menggerakkan jaringan listrik. Setidaknya 15 perusahaan sedang menunggu hibah, tetapi tidak jelas berapa banyak dari mereka yang akan mendapatkan dana.

Terlepas dari terobosan terbaru, para ilmuwan masih memiliki banyak pekerjaan di depan mereka. Pertama, mereka harus mengetahui kelayakan dan skalabilitas sistem seperti yang digunakan di Livermore.

Lalu, ada fakta bahwa pendanaannya sangat sederhana, kata para ahli, terutama mengingat ekspektasi yang tinggi dari anggota parlemen. Partai Republik juga akan mengambil kendali DPR juga dapat mempersulit Departemen Energi untuk menyediakan dana federal. Anggota parlemen Republik secara historis menentang persetujuan untuk jenis proyek energi ini.

Eksperimen terobosan Livermore telah membuktikan bahwa masih ada banyak antusiasme dan optimisme tentang ide untuk menggerakkan jaringan dengan reaktor fusi. Tetapi, para ilmuwan baru mulai memahami seberapa layak ide ini sebenarnya.

Mengubah Masa Depan

Direktur Energi Watch, Mamit Setiawan, mengatakan kabar mengenai suksesnya uji coba di bidang energi fusi dan rencana pengembangan pembangkit listrik energi fusi mesti bisa membuat Indonesia catch up teknologinya. Meski masih jauh dari bayangan menjadi nyata, namun energi fusi akan mengubah masa depan karena murahnya harga energi dan tak adanya timbal karbon.

Mamit mengatakan kampus-kampus jurusan nuklir dan fisika bisa mendapat support lebih dari pemerintah dan penelitian soal energi fusi ini pun sesungguhnya bisa dikembangkan di dalam negeri dengan skala yang berbeda. "Prinsipnya layak ditunggu dan kita juga mesti bisa kejar. Minimal kita bisa punya banyak ahli soal energi fusi," kata Mamit.

Sementara itu, pakar fisika sekaligus pengamat energi hijau dari Universitas Brawijaya, Malang, Adi Susilo, mengatakan terobosan para ilmuwan AS tersebut dapat menjadi solusi sebagai energi alternatif di masa depan karena memiliki sejumlah keunggulan.

Umumnya berbagai sumber energi terbarukan walaupun ramah dari polusi karbon, memiliki keterbatasan karena masing-masing tergantung dengan kondisi cuaca, misalnya tekanan udara yang mempengaruhi kecepatan angin atau hujan yang berdampak pada terik matahari. Namun dengan reaksi fusi nuklir, energi yang dihasilkan bersifat tidak terbatas dan berumur panjang.

Selain itu, energinya juga bersih, tidak mengemisikan karbon atau gas-gas efek rumah kaca lainnya. "Fusi juga aman tidak memiliki risiko limbah radioaktif seperti fisi nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir," tuturnya.


Redaktur : Redaktur Pelaksana
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top