Kim Jong Un Perintahkan Produksi Massal Drone Serang
Foto arsip yang dimuat oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara, 26 Agustus 2024, menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kanan) sedang memeriksa uji kinerja pesawat tanpa awak, 24 Agustus.
Foto: Korea Times/Yonhap/KCNASEOUL - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah memerintahkan "produksi massal" pesawat serang nirawak, media pemerintah melaporkan pada hari Jumat (15/11).
Pyongyang pertama kali memamerkan pesawat serang nirawaknya pada bulan Agustus. Para ahli mengatakan kemampuan tersebut mungkin berkat makin terjalinnya aliansi negara itu dengan Russia.
Negara bersenjata nuklir itu telah meratifikasi pakta pertahanan penting dengan Moskow dan dituduh mengerahkan ribuan tentara ke Russia untuk mendukung perangnya di Ukraina.
Terkait itu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memperingatkan tentang potensi transfer teknologi militer Russia yang sensitif ke Korea Utara.
Kim pada hari Kamis memantau uji coba pesawat tak berawak yang dirancang untuk menyerang target darat dan laut, yang diproduksi oleh Kompleks Teknologi Udara Tak Berawak Korea Utara, kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
"Ia menggarisbawahi perlunya membangun sistem produksi serial sedini mungkin dan memasuki produksi massal skala penuh," kata KCNA.
Drone tak berawak ini dirancang untuk membawa bahan peledak dan secara sengaja ditabrakkan ke target musuh, dan secara efektif berfungsi sebagai peluru kendali.
Uji coba pada hari Kamis memperlihatkan drone tersebut "tepat" mengenai target setelah terbang di sepanjang jalur yang telah ditentukan, KCNA melaporkan.
"Pesawat tanpa awak serang bunuh diri yang akan digunakan dalam berbagai jarak serang ini akan menjalankan misi untuk menyerang secara tepat setiap target musuh di darat dan di laut," kata badan tersebut.
Kim mengatakan drone merupakan "komponen kekuatan serang yang mudah digunakan" karena biaya produksinya yang relatif rendah dan jangkauan aplikasinya yang luas, menurut KCNA.
Ia mengatakan Korea Utara "baru-baru ini menaruh perhatian" pada pengembangan sistem perangkat keras tak berawak dan mengintegrasikannya dengan strategi militer negara secara keseluruhan.
Teknologi Russia?
Para ahli mengatakan drone tersebut tampak mirip dengan drone "HAROP" buatan Israel, "Lancet-3" buatan Russia, dan "HERO 30" buatan Israel.
Korea Utara kemungkinan besar memperoleh teknologi ini dari Russia, yang kemungkinan besar memperolehnya dari Iran. Teheran sendiri diduga mengaksesnya melalui peretasan atau pencurian dari Israel.
Pada tahun 2022, Pyongyang mengirim pesawat tanpa awak melintasi perbatasan yang tidak dapat ditembak jatuh oleh militer Seoul, dengan alasan pesawat tersebut terlalu kecil.
Tahun ini, Korea Utara telah membombardir Korea Selatan dengan balon-balon pembawa sampah, yang disebutnya sebagai tindakan balasan terhadap para aktivis di Korea Selatan yang menyebarkan propaganda anti-rezim ke utara.
Korea Utara juga menuduh Seoul melanggar kedaulatannya dengan menerbangkan pesawat tak berawak di atas ibu kotanya, Pyongyang, untuk menyebarkan selebaran propaganda.
Dengan menyebutkan "produksi dan penyebaran praktis berbagai pesawat tanpa awak", Korea Utara mungkin mengisyaratkan pihaknya akan melakukan hal yang sama, kata Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, kepada AFP.
Pyongyang bisa "menyarankan kemungkinan menggunakan balon untuk menyebarkan selebaran ke Selatan dengan pesawat tak berawak tersebut," kata Yang.
"Mengingat efektivitas serangan pesawat tak berawak yang diamati dalam perang di Ukraina, serangan itu juga dapat digunakan secara efektif dalam konflik yang sedang berlangsung di sana," tambahnya.
Korea Selatan meluncurkan komando operasi pesawat tak berawak tahun lalu untuk mengatasi ancaman yang semakin meningkat.
Pada bulan Oktober, Korea Utara mengubah konstitusinya untuk mendefinisikan Korea Selatan sebagai negara yang "musuh", sebuah gambaran kemerosotan hubungan kedua negara sejak Kim pada bulan Januari menyatakan Seoul sebagai "musuh utama" negaranya.
Pihak Korea Utara terus melakukan uji coba rudal balistik yang menentang sanksi PBB, dan bulan lalu meledakkan jalan raya dan jalur kereta api yang menghubungkannya dengan Korea Selatan.
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
- 5 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal