Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ketum Muhammadiyah Nasehati Warganya Jangan Banyak Komentar di Medsos, Setuju Nggak Nih?

Foto : Istimewa

Haedar Nashir.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Baru-baru ini Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menasehati agar warga Persyarikatan tidak terlalu banyak cakap, terlalu banyak komen, dan terlalu banyak mengurus hal remeh-remeh di media sosial.

"Kalau warga Muhammadiyah apalagi pimpinannya terlalu asyik masyuk dengan berwhatsapp dan masuk di media apalagi dengan ghibah, tasakhor (caci maki), suka merendahkan orang lain, nyinyir, membully, su'uzan dan semua energi negatif yang keluar dari media sosial itu, nanti lama kelamaan kita tidak menjadi 'Ibadur Rahman tapi tidak juga menjadi Ulil Albab, tidak menjadi Ar Rasikhuna Fil Ilmi," kata Haedar dalam forum Sertijab UM Bandung, kemarin.

Menurut Haedar, Muhammadiyah harus memelopori gerakan bangkit dari kejudumudan media sosial dan terlarutnya masyarakat dalam simulacra media sosial.

"Apalagi nambah usia kita dan muka kita menjadi berkerut karena banyak hoaka, postingan yang nggak-nggak, juga merespons hal-hal yang tidak perlu. Dalam konteks bangsa tentu kita punya kepentingan untuk menjadi kekuatan yang terus konsisten mencerdaskan kehidupan bangsa, menyebarluaskan etos dan tradisi ilmu di kalangan masyarakat dan itu kan DNA-nya Muhammadiyah sejak lahir, sejak berdiri," tandas Haedar.

Konteks pernyataan dan nasehat panjang Haedar Nashir tersebut adalah pada 2019, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) merilis hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) yang menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia menempati posisi ke-62 dari 70 negara.

Tak hanya minat baca yang lemah, daya saing masyarakat Indonesia beserta Human Development Index masih terpuruk di level Asean. Bangsa Indonesia dianggap malas karena merujuk studi ilmuwan bioteknologi Stanford University Scott Delp (2017), orang Indonesia berjalan kaki rata-rata 3.513 langkah per hari, jauh di bawah Hongkong yang sebanyak 6.880 langkah per hari.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top