![Kesenjangan Ekonomi Jangan Dikaitkan dengan SARA](https://koran-jakarta.com/images/article/php1_aqg6_resized.jpg)
Kesenjangan Ekonomi Jangan Dikaitkan dengan SARA
![Kesenjangan Ekonomi Jangan Dikaitkan dengan SARA](https://koran-jakarta.com/images/article/php1_aqg6_resized.jpg)
Potensi konflik yang dihidupkan. Dan, ini tak baik untuk masa depan Indonesia." Papar Yudi. Dia mencontohkan, Malaysia pada 1960 terjadi ketegangan antara etnik Tionghoa dan Melayu, karena merasa ekonomi hanya dikuasai etnik tionghoa.
Sehingga, pemerintah Malaysia, saat itu, memberikan perlakukan khusus terhadap etnik melayu. Akan tetapi meski kesenjangan ekonomi antara kedua etnis tersebut berkurang, ketegangan sosial antara keduanya masih berlangsung sampai saat ini," tuturnya.
Kata Yudi, mungkin Malaysia secara ekonomi lebih baik. Tapi, bicara soal ikatan kebangsaan, sepertinya Malaysia bukan contoh yang baik. Faktanya, masalah etnisitas masih membayangi negara jiran tersebut.
Penyelesaian persoalan bangsa, termasuk masalah kesenjangan ekonomi dan sosial, tidak bisa dilakukan dengan cara ala Malaysia. Misalnya, membuat perlakukan khusus terhadap etnik atau agama tertentu.
Penyelesaiannya harus berdasarkan keadilan sosial, seperti spirit dalam Pancasila. "Masyarakat Indonesia harus menerima fakta hidup berkelompok dan bisa membangun keseimbangan. Saya contohkan, masyarakat desa masih terlantar akibat berbagai proyek pembangunan yang masih terfokus di pusat kota.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya