Kerugian Akibat Kemacetan Mencapai 100 Triliun Rupiah
Foto: koran jakarta/onesJAKARTA - Kerugian akibat kemacetan lalu lintas meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, kerugian akibat kemacetan di Jakarta mencapai 67,5 triliun, sedangkan kerugian akibat kemacetan di Jabodetabek sekitar 100 triliun rupiah.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono, mengatakan untuk mengurangi kerugian yang tidak harus terjadi tersebut, pihaknya, BPTJ Kementerian Perhubungan, bersama pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya telah mempersiapkan berbagai terobosan dan harus dilaksanakan secepatnya.
"Berbagai terobosan yang dipersiapkan tersebut, telah dan terus dikomunikasikan oleh BPTJ dengan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dan kepala daerah di Bodetabek," kata Bambang Prihartono dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Minggu (3/12).
Bambang menambahkan BPTJ dan Pemprov DKI akan terus berkoordinasi menindaklanjuti program peningkatan layanan angkutan umum dan penanggulangan kemacetan di DKI Jakarta dalam lingkup penanganan se-Jabodetabek.
Bambang mengatakan permasalahan transportasi Jabodetabek saat ini adalah tingkat kemacetan yang sangat tinggi. Rasio volume kendaraan dibanding kapasitas jalan sudah mendekati 1, atau dengan kata lain sudah macet dan perlu penanganan.
Kedua, sepeda motor di jalan makin dominan, sementara peran angkutan umum masih rendah. "Saat ini penggunaan angkutan umum di Jakarta baru 19,8 persen dan di Bodetabek baru 20 persen," katanya.
Segera Diterapkan
Untuk itu, menurut dia, diperlukan program penanganan yang harus segera diterapkan, mengingat sejak tahun 2000 hingga 2010, data statistik jumlah kendaraan yang terdaftar mengalami peningkatan sebesar 4,6 kali. Sementara itu, untuk pelaju dari wilayah Bodetabek menuju Jakarta ada sekitar 1,1 juta, dan ini terus meningkat 1,5 kali lipat sejak tahun 2002.
Untuk pergerakan lalu lintas harian di Jabodetabek, dia menyebutkan yang semula pada 2003 sebesar 37,3 juta perjalanan/ hari, meningkat 58 persen atau mencapai 47,5 juta perjalanan/hari di tahun 2015.
Dari 47,5 juta perjalanan orang per hari tersebut, sekitar 23,42 juta merupakan pergerakan di dalam kota DKI, 4,06 juta adalah pergerakan komuter dan 20,02 juta adalah pergerakan lainnya yang melintas DKI dan internal Bodetabek.
Perjalanan di Jabodetabek rata-rata didominasi oleh sepeda motor. Pesebaran dari total pergerakan kendaraan di Jabodetabek di dominasi oleh sepeda motor, yakni sebesar 75 persen, kendaraan pribadi 23 persen dan dua persen oleh kendaraan angkutan umum.
"Hal ini tentu berdampak pada perekonomian dan lingkungan," katanya. Ada beberapa terobosan yang sudah dan akan dilakukan, yaitu BPTJ dan Pemerintah Provinsi DKI harus mendorong kebijakan seperti penerapan ganjil-genap, pengaturan sepeda motor; ramp metering di tol;
electronic enforcement; pengaturan angkutan barang. "Untuk bisa mendorong kebijakan tersebut, yang dipersiapkan yaitu menyiapkan lajur khusus angkutan umum di wilayah Jabodetabek. mza/P-4
Redaktur: Khairil Huda
Penulis: Mohammad Zaki Alatas
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
Berita Terkini
- Kota Nagoya Berinisiatif Dorong Warga Tidak Berjalan di Eskalator
- Simak! Ini Tips dari IDI Biak Numfor untuk Cegah Gangguan Kecemasa
- Ini Prediksi Susunan Pemain Indonesia vs Laos
- IDI Biak Berikan Cara Penanganan bagi Ibu yang Kejang Saat Hamil
- Shin Tae-yong Minta Dukungan Suporter di Stadion Manahan