Amankan Aset, Mata Uang Emerging Market Termasuk Rupiah Terus Melemah
Pasar Keuangan
Foto: antaraJAKARTA - Para pelaku di pasar keuangan global dinilai cenderung mengamankan aset portofolio keuangan mereka ke instrumen yang lebih aman seperti mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Hal itu menyebabkan tekanan mata uang di negara-negara emerging market termasuk di Indonesia.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi persepsi pasar yang menilai Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) tidak akan memangkas suku bunga untuk sementara waktu karena ada potensi kenaikan inflasi akibat kebijakan kenaikan tarif impor Presiden Trump.
Sejak Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS, kebijakan tarif seringkali memberikan sentimen positif terhadap dollar AS dan mempengaruhi pelemahan rupiah.
Trump diperkirakan menerapkan tarif 25 persen pada impor barang dari Kanada dan Meksiko mulai Sabtu (1/2) ini, dengan potensi tarif tambahan pada barang-barang Tiongkok sebesar 10 persen.
“Untuk mata uang emerging market, potensinya melemah sama dengan rupiah karena pasar biasanya mau mengamankan aset dari kebijakan yang dianggap tidak pro pertumbuhan, sambil melihat perkembangan situasi selanjutnya,” ungkap Aris.
Ancaman pelemahan rupiah semakin meningkat karena pernyataan ancaman Trump yang bakal mengenakan tarif dagang 100 persen terhadap BRICS atas dedolarisasi sebagaimana disampaikan pengamat mata uang Ibrahim Assuabi.
“Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan 100 persen pada kelompok negara BRICS atas upaya mereka untuk menciptakan mata uang mereka sendiri dan menjauh dari dolar. Trump menuntut komitmen dari kelompok tersebut yang sebagian besar terdiri dari Brasil, Russia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan bahwa mereka tidak akan meluncurkan usaha semacam itu,” kata Ibrahim seperti dikutip dari Antara.
Nilai tukar rupiah (kurs) pada penutupan perdagangan akhir pekan ini melemah 49 poin atau 0,30 persen ke posisi 16.305 per dollar AS dari sebelumnya 16.257 per dollar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut melemah ke level 16.312 per dollar AS dari sebelumnya sebesar 16.259 per dollar AS.
Berbalik Menguat
Sebelumnya, Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah usai Presiden Trump kembali mengancam Kanada dan Meksiko atas kebijakan tarif sebesar 25 persen.
“Dollar AS yang sempat melemah pascadata pertumbuhan PDB AS kuartal IV 2024 yang lebih rendah dari perkiraan berbalik menguat setelah Trump yang kembali mengancam tarif 25 persen kepada Kanada dan Meksiko,” kata Lukman.
Tercatat, PDB tahunan AS tumbuh 2,3 persen atau lebih rendah dari perkiraan yang sebesar 2,6 persen pada kuartal IV 2024. Hal itu disebabkan defisit neraca perdagangan yang mencapai 237 miliar dollar AS.
Namun demikian, kebijakan tarif belakangan ini memberikan sentimen positif terhadap dollar AS masih mempengaruhi pelemahan kurs rupiah.
“Importir AS sudah jauh hari mempersiapkan diri dengan mengimpor jauh-jauh hari sebelum Trump menjabat,” ungkapnya.
Berita Trending
- 1 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 2 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 3 Peneliti Korsel Temukan Fenomena Mekanika Kuantum
- 4 Kepercayaan Masyarakat Dapat Turun, 8 Koperasi Bermasalah Timbulkan Kerugian Besar Rp26 Triliun
- 5 Menko Zulkifli Tegaskan Impor Singkong dan Tapioka Akan Dibatasi
Berita Terkini
- Banjir Landa Dua Kecamatan di Kubu Raya
- Lewat Program Bantuan Ambulans, Dinkes Kaltim Perkuat Layanan Kesehatan di Sekitar IKN
- Menbud Nyatakan Sumenep Layak Jadi Ibu Kota Keris Dunia, Ini Alasannya
- Puan Tegaskan DPR RI Siap Tampung Aspirasi Terkait Kampung Kelola Tambang
- Presiden Filipina Terganggu atas Aksi Mata-mata Tiongkok