Kamis, 30 Jan 2025, 00:14 WIB

Keren, Guru Besar UB Gagas Tata Kelola Ekosistem Kelautan yang Holistik

Guru Besar Universitas Brawijaya Prof. Ir Aida Sartimbul, M.Sc., Ph.D saat memaparkan gagasan mengenai "AIDA UB" di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (29/1/2025).

Foto: ANTARA/Ananto Pradana

Malang - Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Prof Aida Sartimbul menggagas "AI for Dynamics-ecosystem Analiys from UB" (AIDA UB) sebagai model tata kelola ekosistem kelautan yang mengedepankan pendekatan holistik.

Prof Aida di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu, mengatakan ide melahirkan AIDA UB didasari dampak aktivitas penangkapan ikan terhadap kelestarian ekosistem laut.

"AIDA UB mengintegrasikan data ekosistem secara kompleks yang merupakan interaksi antara sumber daya (laut) dan aktivitas penangkapan (ikan)," katanya.

Metode itu mengintegrasikan aspek dinamika ekosistem laut, melalui pendekatan teknologi envirovemental DNA (eDNA), kecerdasan buatan (AI), dan otomatisasi. "Induksi teknologi AI membantu kendala dalam perolehan, penyimpanan, dan analisa pada big data, seperti eDNA," ujarnya.

Menurut dia, aktivitas penangkapan ikan jika tak dibarengi adanya metode pengawasan yang bersifat menyeluruh, dikhawatirkan mengganggu kondisi habitat di laut, seperti terjadi yang terjadi pada populasi ikan lemuru di Muncar yang turun sejak beberapa tahun lalu.

Ketika keberadaan ikan yang yang memegang kunci rantai makanan hilang, kata dia, tentu akan berdampak langsung terhadap ikan jenis lain, seperti tuna, tongkol, dan cakalang, serta pemenuhan kebutuhan gizi manusia.

"Ikan lemuru adalah ikan yang mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi, omega 3-nya itu kurang lebih 25 persen lebih dari berat tubuh ikan itu sendiri. Sehingga asumsinya dengan kita memakan itu, maka bisa memenuhi kebutuhan omega 3 yang tidak bisa diproduksi dalam tubuh kita," ujarnya.

Prof Aida berharap kehadiran AIDA UB bisa mengurangi dampak penangkapan ikan yang dilakukan terhadap kondisi kelestarian ekosistem kelautan, khususnya di Indonesia.

"Harapannya bisa memperkecil dampak usaha perikanan di masa lampau yang hanya berfokus pada optimalisasi alat tangkap, mesin kapal, dan jumlah tangkapan ikan, tanpa mempertimbangkan faktor lingkungan," ucap dia.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: