Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kerajaan Nabatean Pendiri Kota Bersejarah Petra

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Strabo merinci bagaimana mereka menggunakan unta sebagai ganti kuda, mengenakan cawat sebagai ganti tunik, dan sangat demokratis. Raja mereka digambarkan pula akan memberi pelayanan kepada orang lain di jamuan makan.

Perempuan dianggap setara dengan laki-laki dalam budaya Nabatean. Prasasti menunjukkan bahwa perempuan sebagai pendeta, rekan penguasa atau raja otonom, dapat mewarisi dan melepas properti mereka.

Perempuan dapat memiliki makam mereka sendiri, mengajukan tuntutan hukum dan mewakili diri mereka sendiri di pengadilan, dan digambarkan pada koin. Beberapa dewa yang paling populer di jajaran Nabatean adalah perempuan seperti Al-'Uzza, Manawat, dan Allat.

Aneksasi Roma yang berhasil pada 106 M, membuat Petra dan kota-kota Nabatean lainnya seperti Hegra terus kehilangan kendali atas Rute Dupa dan kendali mereka atas wilayah gurun itu secara umum. Bangkitnya Kota Palmyra di Suriah sebagai pusat perdagangan mengalihkan kafilah dari kota-kota Nabatean yang kemudian merosot kekayaan dan prestisenya.

Sebagai pesaing, Palmyra dikuasai oleh Kaisar Aurelian pada 272 M sehingga tidak memberi kesempatan bagi Nabatean untuk bangkit. Mereka tidak dapat menghidupkan kembali ekonomi Nabatean. Saat Invasi Arab pada abad ke-7 M, Kerajaan Nabatean benar-benar telah dilupakan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top