Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kerajaan Nabatean Pendiri Kota Bersejarah Petra

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Di Kota Petra, karena tidak ada sumber air alami di sana, tempat itu jauh dari ramah. Namun pilihan lokasi ini cukup tepat. Dari Petra memungkinkan untuk memantau Rute Dupa dan menarik pajak dari kafilah (rombongan pedagang) yang melewati wilayah mereka. Selain itu lokasinya yang terpencil, melindungi mereka dari serangan bangsa asing seperti Romawi.

Istilah Jalur Dupa mengacu pada sejumlah arah berbeda yang diambil pedagang antara Arabia selatan dan Pelabuhan Gaza antara abad ke-7/6 SM dan abad ke-2 M. Perdagangan di sepanjang rute ini tampaknya menjadi yang paling menguntungkan. Pada abad ke-3 SM, saat itu suku Nabatean menguasai kota-kota terpenting di sepanjang rute dagang tersebut.

Rute Dupa bukanlah satu-satunya rute jalan antara Arab dan Gaza, namun petunjuk rute umum yang dilalui para pedagang di antara dua titik tersebut. Menurut Pliny the Elder (23-79 M), rute tersebut mencakup 1.931 kilometer dan membutuhkan waktu 65 hari untuk menempuh satu arah dengan persinggahan di sebuah kota, idealnya setiap malam.

Perhentian ini tidak hanya untuk istirahat tetapi merupakan aspek penting dari bisnis. Kota Mamshit, misalnya, terkenal dengan kuda-kuda Arabnya yang harganya mahal. Oleh karena itu, pedagang akan berpindah dari kota ke kota, memperdagangkan barang mereka di setiap perhentian sebelum mencapai tujuan akhir pelabuhan di Gaza.

Karena kota-kota tertentu mulai membebani pedagang dengan pajak yang lebih berat, perdagangan akan membelok ke kota lain yang dianggap lebih ramah. Kota-kota yang dikuasai oleh orang Nabatean pada abad ke-3 SM, bagaimanapun, telah menjadi bagian integral dari perdagangan di sepanjang rute yang tidak dapat dihindari.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top