Kamis, 30 Jan 2025, 06:10 WIB

Kenya, Negara yang Muncul Karena Jalur Rel Uganda

Foto: Istimewa

Inggris membangun jalur rel kereta api ke pedalaman Uganda menuju kota pelabuhan perdagangan yang sudah ada sejak zaman kuno Mombasa. Pembangunan jalan sepanjang 1.000 km melahirkan negara baru bernama Kenya.

Lunatic Line atau garis gila, begitulah jalur kereta api pertama di Kenya disebut. Inggris memulai pembangunannya pada tahun 1896, meskipun banyak politisi di London menggambarkan proyek tersebut sebagai ‘utopis,’ atau khayalan.

1738163891_745172443048f328222f.jpg

Jalur kereta api melintasi sabana yang penuh dengan satwa liar seperti gajah, singa, dan cheetah? Lintasannya harus menaklukkan perbedaan ketinggian hingga 2.700 meter di atas permukaan laut, di antaranya adalah beberapa lereng yang sangat curam, yang tampak tidak masuk akal untuk dilalui.

Jalur kereta api itu menghubungkan kota pelabuhan Mombasa langsung melalui Kenya modern dengan Uganda, yang saat itu berada di tangan Inggris tetapi belum memiliki koneksi ke laut. Namun, mereka yang berkuasa di London tidak dapat mengantisipasi bahwa jalur kereta api juga akan mengarah pada berdirinya negara baru dan berkontribusi pada pembentukan masyarakat multietnis.

Sejarah proyek kereta api ke Uganda ini dimulai di Mombasa, ibu kota Afrika Timur Britania dan terletak di Samudera Hindia. Pos perdagangan berusia ribuan tahun ini menarik banyak orang dari berbagai penjuru, mulai dari Afrika, Eropa, dan Timur Tengah.

Simbol dari pos perdagangan itu adalah masih berupa ‘Pasar Mackinnon,’ yang diambil dari nama pengusaha dan pemilik kapal Skotlandia Sir William Mackinnon (1823-1893). Ia adalah pencetus ide pembuatan jalur rel kereta api pada akhir abad kesembilan belas.

Tujuan pembangunan jalur rel itu adalah untuk mengangkut barang-barang eksotik dari pedalaman ke pantai, seperti gading gajah, kulit macan tutul, dan cula badak. Hasil tersebut kemudian dapat ditukar dengan lada hitam dari Zanzibar, jinten dari Sudan, dan rempah-rempah dari India, yang diangkut oleh pelaut Persia di sepanjang pantai Afrika Timur hingga Mozambik.

Kota pelabuhan Mombasa yang berada di teluk memiliki pelindung alami dari ombak berada pada posisi yang sangat strategis. Lokasinya berada di pantai timur Afrika berada di jalur perdagangan laut menuju India tempat pusat perdagangan rempah-rempah.

Mombasa menarik minat Inggris yang menjadikan kota tersebut di bawah kendali mereka pada tahun 1888. Untuk keamanan mereka memasang garnisun di Benteng Yesus yang dibangun Portugis tiga abad sebelumnya.

Tahun tersebut merupakan waktu awal negara-negara Eropa membagi Afrika di antara mereka sendiri seperti sebuah kue. Setelah Inggris telah mengklaim sumber Sungai Nil selanjutnya ingin menjadikannya pedalaman Afrika itu dapat diakses melalui jalur kereta api sepanjang 1.000 kilometer.

Dari Mombasa jalur ini mengarah ke barat menuju Sungai Tsavo, yang kemudian menjadi nama taman alam terbesar di Kenya yang menyimpan berbagai macam fauna. Di pemukiman terdekat Voi, sebuah stasiun dengan halaman kereta api dibangun. Masyarakat harus memberi tanahnya bagai pembangunan stasiun ini.

Inggris mendatangkan ribuan buruh harian atau kuli asal India, untuk menggali landasan kereta api, memasang palang rel, dan membangun jembatan. Setelah perbudakan dihapuskan, mereka direkrut sebagai pekerja paksa karena pengalaman mereka membangun jalur kereta api di British India.

Namun di Afrika, mereka dihadapkan pada kondisi yang sangat berbeda, di mana mereka harus menghadapi binatang liar, malaria, dan panas terik. Selama lima tahun pembangunan, lebih dari dua ribu di antaranya meninggal karena sakit dan kecelakaan.

Pada tahun 1898, dua ekor singa menyerbu barak sebuah lokasi konstruksi dan menyebabkan kematian serta kehancuran di antara para pekerja di sana. Singa tersebut dikenal sebagai Tsavo singa pemakan manusia, karena lokasinya berada di wilayah bernama Tsavo.

Singa pemakan manusia telah menewaskan antara 28 hingga lebih dari 100 pekerja selama pembangunan rel kereta api. Angka ini tergantung pada cerita mana yang dipercaya. Hewan ini menyebarkan teror sedemikian rupa sehingga pekerjaan harus berhenti.

Korban manusia ini oleh singat ini menimbulkan pertanyaan di Parlemen Inggris dan artikel di surat kabar Prancis. Setelah tentara membunuh beberapa singa pemakan manusia itu barulah pembangunan rel kereta api dapat dilanjutkan.

Namun, di kalangan penduduk asli, muncul penafsiran berbeda terhadap penyerangan tersebut. mereka merasa bernasib sebagai masyarakat yang terusir sebelum pembangunan ‘ular besi,’ itu melewati wilayah mereka.

Kepercayaan yang berkembang kematian para pekerja itu bukan dimangsa singa, rumor yang beredar menyebut yang bertanggung jawab terhadap tewasnya para pekerja adalah hantu. Lagi pula, jendela barak terlalu kecil untuk memungkinkan singa masuk melaluinya.

Untuk pembangunan jalur rel Inggris mengusir puluhan suku yang tinggal di dekat lokasi yang dilalui. Di kawasan yang baru dikenal sebagai Kenya pada tahun 1920, kolonial mengambil kesempatan ini untuk mencaplok wilayah di kedua sisi jalur kereta api.

Penduduk desa kemudian diusir ke tanah yang umumnya kurang subur dan berusaha meneruskan tradisi mereka di sana sebaik mungkin. Beberapa suku memberontak terhadap hal ini, tetapi hal ini dapat dipadamkan dengan kekerasan. Desa-desa mereka dibakar, ternak dibunuh dan kepala suku disuap.

Nairobi

Dengan susah payah Inggris membangun 303 kilometer pertama hingga mereka mencapai jurang yang lebar. Lembah Celah ini terbentang di kaki dataran tinggi dan dihuni oleh suku Masai yang melewatinya bersama kawanan ternak mereka.

1738163891_59608ed0d4aac39df32d.jpg

Stasiun Kereta Api Nairobi selama Perayaan Ulang Tahun ke-50 pada tahun 1946

(Andrew Templer/Museum of British Colonialism)

Selama bertahun-tahun, sebuah kota baru muncul di situs ini: Nairobi, ibu kota negara di masa depan. Para insinyur dihadapkan pada tantangan untuk menjembatani jurang sedalam 400 meter dan oleh karena itu pertama-tama membangun sebuah lokasi konstruksi besar. Kota ini berkembang menjadi pemukiman, yang kemudian menjadi kota.

Arti nama Nairobi berarti ‘sungai sejuk’ dalam bahasa Masai. Inggris kemudian mengadopsi nama kota yang saat ini dihuni 4,8 juta penduduk itu. Saat ini kota ini kini berpenduduk lima juta jiwa, namun depo kereta api asal kota ini masih ada.

Setelah jalur rel kereta api, lokomotif uap beroperasi, menarik kereta api yang digunakan para penjajah memasuki pedalaman pada awal abad terakhir untuk mendirikan perusahaan pertanian mereka di sana. Kopi dan teh yang ditanam di sana mencapai pelabuhan Mombasa dan akhirnya sampai Inggris melalui jalur kereta api.  hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan: