Kenaikan Harga Mengancam Industri Kayu di Jepang
PENGGERGAJIAN KAYU I Tumpukan kayu disimpan di luar penggergajian kayu di Kota Shibushi, Prefektur Kagoshima, beberapa waktu lalu. Meskipun sekitar 70 persen dari tanah Jepang ditutupi oleh hutan, kira-kira setengah dari kayu yang digunakan untuk pembangunan perumahan diimpor.
Foto: KYODOTOKYO - Krisis kayu global dan melonjaknya harga kini mengancam industri kayu Jepang, membuat para pelaku bisnis khawatir akan kerusakan serius pada pasar domestik. Dengan meningkatnya permintaan di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, karena ekonomi mereka meningkat, harga kayu meroket dan perusahaan Jepang berjuang untuk mendapatkan bahan.
"Saya tidak yakin berapa lama ini akan berlangsung dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi permintaan kayu di Jepang," kata Katsumi Tannaka, Presiden Butsurin, sebuah perusahaan perdagangan kayu yang berbasis di Tokyo.
"Hal berikutnya yang kami tahu, orang mungkin tidak membangun rumah dan permintaan kayu akan turun tajam," ujarnya menjelaskan penyebab pasar susut dan merugikan seluruh industri.
Bulan lalu, untuk pertama kalinya dalam sejarah kontrak berjangka kayu mencapai 1.700 dollar AS. Meskipun harga telah turun menjadi sekitar 1.300 dollar AS dalam beberapa hari terakhir, harganya masih lebih dari tiga kali lipat dari tahun lalu. Asosiasi Nasional Pembangun Rumah di AS juga mengatakan harga kayu melonjak lebih dari 300 persen sejak April 2020, yang telah melahirkan biaya tambahan 36.000 dollar AS untuk rata-rata ongkos membuat rumah baru.
Kenaikan harga yang tajam menyebabkan impor kayu Jepang telah berkurang, karena impor bulanan kayu dan kayu laminasi telah menurun dari tahun ke tahun dari Oktober lalu hingga April.
Selain melonjaknya permintaan karena pembangunan perumahan dan renovasi di AS, kurangnya kontainer pengiriman dan kenaikan biaya pengiriman juga berkontribusi pada pasokan kayu yang tidak stabil. Menurut Badan Kehutanan, meskipun sekitar 70 persen dari wilayah Jepang ditutupi oleh hutan, kira-kira setengah dari kayu yang digunakan untuk pembangunan perumahan diperoleh dari impor.
Tannaka mengatakan Jepang sangat bergantung pada impor dari Eropa, tetapi negara-negara di sana telah banyak mengekspor ke pasar AS dalam beberapa bulan terakhir. n SB/japantimes/E-9
Berita Trending
- 1 Pasangan RIDO dan Pramono-Rano Bersaing Ketat di Pilkada DKI Jakarta
- 2 Sekjen PDI Perjuangan Hasto Ingatkan Tambang Emas Rawan Disalahgunakan Pilkada Jember
- 3 Reog Ponorogo hingga Kebaya Bakal Jadi Warisan Dunia UNESCO
- 4 Peduli Ibu-ibu, Khofifah Ajak Muslimat NU Melek Digital
- 5 Pemprov DKI Siapkan Mobil Pompa di Area Cekungan Guna Atasi Genangan
Berita Terkini
- Mencermati Keputusan The Fed, Jumat 8 November 2024
- Persiapan Debat, Cawagub Jateng Hendrar Prihadi Serap Aspirasi Masyarakat
- Jelang Nataru, ASDP Pastikan Kesiapan Layanan di Lintasan Merak-Bakauheni
- Bangunan Tahan Gempa Penting untuk Konsisten Diterapkan
- Jumat Pagi, Cuaca di 5 Wilayah DKI Jakarta Diprediksi Cerah Berawan