Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 07 Okt 2024, 00:04 WIB

Kemiskinan, Pengangguran, dan Ketidaksetaraan Batasi Akses terhadap Makanan Sehat

Nengah Muliarta Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Warmadewa Denpasar - Keamanan pangan terwujud bila jumlah pangan yang tersedia mencukupi, distribusinya merata atau dapat diakses oleh semua masyarakat.

Foto: ANTARA/ARIF FIRMANSYAH

» Sistem pangan harus berkelanjutan, menjaga lingkungan, dan tidak merusak sumber daya alam.

» TNI juga dapat berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur pertanian, seperti irigasi dan jalan akses menuju lahan pertanian

JAKARTA - Ketahanan pangan harus dipahami secara lebih komprehensif. Semua orang, setiap saat harus memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi guna memenuhi kebutuhan mereka akan makanan yang sehat. Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Warmadewa (Unwar) Denpasar, Bali, I Nengah Muliarta, yang diminta pendapatnya dari Jakarta, Minggu (6/10), mengatakan ketahanan pangan tidak boleh dilihat secara sempit yakni peningkatan jumlah produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan.

"Keamanan pangan terwujud bila jumlah pangan yang tersedia mencukupi, distribusinya merata atau dapat diakses oleh semua masyarakat, kemudian pangan yang tersedia bergizi dan aman dikonsumsi, serta ketersediaan pangan berkelanjutan," tegasnya.

Ketahanan pangan, jelas Muliarta, tidak akan terwujud jika masyarakat mengalami kesulitan dalam mengakses pangan yang tersedia. Bahkan, jika ada banyak makanan sekalipun, tetapi tidak terdistribusi secara merata atau infrastruktur transportasi buruk, maka banyak orang tidak bisa mengaksesnya. "Produksi pangan yang melimpah tidak menjamin semua orang mampu membelinya. Kemiskinan, pengangguran, dan ketidaksetaraan pendapatan dapat membatasi akses terhadap makanan sehat," katanya.

Produksi pangan, jelasnya, sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti cuaca ekstrem, hama, dan penyakit tanaman. Fluktuasi produksi itu dapat menyebabkan kelangkaan pangan dan kenaikan harga. Peristiwa seperti perang, konflik, dan bencana alam dapat mengganggu produksi dan distribusi pangan, menyebabkan krisis pangan. Di sisi lain, ketahanan pangan akan tercapai bila pangan yang tersedia memiliki kandungan gizi yang baik.

Pangan yang diproduksi harus memenuhi kebutuhatn nutrisi masyarakat. Bukan sekadar banyak makanan, tetapi tidak bergizi. Pangan harus aman dikonsumsi dan bebas dari kontaminan berbahaya. "Sistem pangan harus berkelanjutan, menjaga lingkungan, dan tidak merusak sumber daya alam. Sistem pangan harus adil dan inklusif, memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk terlibat dalam produksi dan distribusi pangan," ungkap Muliarta.

Peran TNI

Sebab itu, TNI yang baru saja merayakan hari jadinya yang ke-79 pun memiliki andil dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Mereka dapat berperan sebagai penyuluh pertanian di daerah perdesaan. Melalui program-program penyuluhan, TNI dapat memberikan pendidikan kepada petani tentang teknik bertani yang efektif, penggunaan pupuk yang tepat, dan cara mengatasi hama. "Dengan meningkatkan pengetahuan petani, hasil pertanian dapat meningkat, sehingga mendukung ketahanan pangan," katanya.

TNI, dengan keahlian dalam pengelolaan dan pengawasan, dapat membantu dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Mereka bisa terlibat dalam program reboisasi dan pelestarian lahan pertanian untuk mencegah kerusakan lingkungan yang dapat mengganggu produksi pangan. TNI juga dapat berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur pertanian, seperti irigasi dan jalan akses menuju lahan pertanian. Infrastruktur yang baik akan mempermudah distribusi hasil pertanian dan meningkatkan akses petani terhadap pasar.

"Dalam situasi darurat, seperti bencana alam atau krisis pangan, TNI memiliki kapasitas untuk melakukan mobilisasi cepat. Mereka dapat mendistribusikan bantuan pangan, memberikan perlindungan kepada masyarakat, dan memastikan bahwa kebutuhan dasar warga terpenuhi," paparnya. Pengamat pertanian dari UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya, Zainal Abidin, mengatakan sumber daya yang dimiliki oleh TNI memang sangat potensial untuk membantu petani meningkatkan produksi pangan nasional.

"Kehadiran prajurit yang menjangkau seluruh daerah bahkan yang sangat terpencil, seperti dearah perbatasan atau desa-desa yang yang sulit dijangkau merupakan modal tersendiri yang jika dioptimalkan dapat digunakan untuk membantu peningkatan produksi pangan," kata Zainal. Sumber daya manusia (SDM) TNI dapat membantu memperluas program pompanisasi yang saat ini sudah berjalan. Hal itu tentu akan sangat berguna untuk pengairan lahan petani yang jauh dari sungai atau waduk.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.