Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Imlek di Bandung

Kemeriahan Lampion, Lilin, dan Dodol

Foto : FOTO-FOTO: KORAN JAKARTA/TEGUH RAHARDJO
A   A   A   Pengaturan Font

Kemeriahan tahun baru Imlek di Kota Bandung sudah terlihat. Hotel, mal, dan restoran mulai memajang beragam lampion serta pernak-perniknya. Warna merah menyala dan warna keemasan mendominasi.

Kemeriahan menyambut tahun baru Imlek sudah terasa di beberapa vihara di Kota Bandung. Lilin-lilin ukuran besar sudah dibuat dan tinggal diberi nama pemiliknya, menunggu untuk dinyalakan saat malam tahun baru.

Di Bandung memang ada beberapa warga keturunan, bahkan warga setempat yang memanfaatkan datangnya tahun baru Imlek sebagai momen untuk berbisnis. Tahun ini Imlek dirayakan pada 5 Februari 2019. Pawai barongsai pun biasanya bakal memeriahkan suasana Imlek di Kota Bandung.

Tek Kie, salah satu dodol China yang dikenal dan diproduksi di Kota Bandung. Rumah produksinya berada di Jalan Pajagalan 36 Bandung. Saat disambangi, rumah yang merangkap toko itu terlihat menumpuk dodol yang sudah dikemas rapi.

Kesibukan menjelang tahun baru Imlek kian terasa. Di bagian belakang toko terlihat banyak pekerja sedang membuat dodol. Dodol yang sudah siap saji diberi tempelan stiker merek Tek Kie. Stikernya warna merah dan emas.

Di ruangan itu juga tampak ratusan loyang alumunium. Dodol yang sudah dicetak diwadahi loyang alumunium tersebut. Di ruangan lain terdapat mesin giling beras ketan dan berkarung-karung tepung beras.

Di bagian depan rumah produksi dodol yang sudah dikemas apik dijajakan. Warna kemasan didominasi warna merah, warna khas Tahun Baru Imlek. Bagian depan rumah itu didominasi dinding kaca yang didesain untuk toko. Dodol Keranjang Tek Kie terdiri dari tiga ukuran, yakni 300 gram, 500 gram dan 1 kilogram dengan harga antara 15 sampai 30 ribu rupiah. tgh/R-1

Dikelola Generasi Keempat

Viencent Ruslianto, pemilik home industry Dodol Keranjang Tek Kie mengatakan sebulan sebelum Imlek bisa membuat 4 ton dodol per harinya.

Perusahaan dodol yang dijalankan secara turun-temurun ini memroduksi setahun sekali menjelang Tahun Baru Imlek. Saat ini Dodol Keranjang Tek Kie sudah dikelola generasi keempat.

Viencent Ruslianto, generasi keempat Dodol Keranjang Tek Kie, menuturkan kerja keras menjadi kunci sukses memroduksi dodol. Perlu waktu 20 jam untuk bisa menghasilkan adonan dodol yang terbaik dan enak.

Merek Dodol Keranjang Tek Kie sudah tidak asing lagi sebagai dodol Imlek. Dalam tradisi Imlek, dodol sebagai simbol kemakmuran. Distribusi dodol Tek Kie tersebar di Jawa Barat, sebagian dikirim ke Jakarta, Semarang dan Surabaya. Distribusi mengandalkan sistem jual lepas.

Untuk menjaga kualitas, dodol ini belum menjangkau luar Jawa. Sebab, komposisi dodol tidak mengandung bahan pengawet. Jika dikirim ke daerah jauh otomatis memerlukan waktu cukup lama.

Nah, di zaman kekinian, penggemar dodol bukan lagi warga usia lanjut, tapi anak-anak muda juga menyukainya. Hal itu karena rasa dodol keranjang tidak hanya satu, melainkan sudah mulai banyak rasa. Ada rasa pandan wangi berwarna hijau, serta rasa cokelat berwarna agak kehitaman. Dodol original warnanya cokelat muda. Bisa dimakan langsung atau bisa diolah dengan digoreng menggunakan tepung.

Sementara itu, di halaman depan Vihara Darma Ramsi nampak lilin-lilin berwarna merah tegak berdiri. Ukurannya besar, mulai yang setinggi setengah meter hingga di atas satu meter. Belum dinyalakan, karena menunggu saat malam tahun baru Imlek, baru dinyalakan bersamaan.

Vihara Darma Ramsi terletak di Jalan Cibadak Kota Bandung. Cibadak memang menjadi pusat kegiatan ibadah warga keturunan Tionghoa. Sedikitnya ada 11 vihara, mulai vihara untuk yang beragama Hindu, Budha hingga Konghucu. Hanya Darma Ramsi yang menerima semua agama untuk berdoa di sana.

Saat disambangi, vihara akan menyambut dengan jajaran lilin berwarna merah yang sedang dijemur. Beberapa pekerja nampak menempelkan stiker di lilin jumbo setinggi sekitar 160 sentimeter itu.

Asikin, salah satu penanggungjawab Vihara Darma Ramsi mengaku mulai memroduksi lilin ukuran jumbo tiga bulan sebelum datangnya Imlek. Jumlahnya terbatas karena pembuatan lilin jumbo baru dilakukan setelah ada pesanan.

Vihara ini memang sejak 1950-an sudah memroduksi lilin. Khusus untuk Imlek, ada lilin jumbo yang sengaja dibuat. Mulai ukuran 120 sentimeter hingga yang tertinggi sekitar 170 sentimeter.

Untuk membuat lilin ternyata cukup mudah. Saat melihat dapur pembuatan lilin yang ada di samping vihara, nampak kuali besar dari baja di dua tungku. Satu tungku berisi air, tungku lainnya berisi lilin yang mendidih.

Bahan lilin adalah malam, yang menurut Asikin mudah didapat sehingga tidak mengganggu produksi pembuatan lilin. Malam yang berwarna putih seperti es beku dididihkan dalam kuali. Setelah mencair kemudian diberi pewarna merah.

Setelah mendidih, lilin cair kemudian dicetak. Cetakan lilin berukuran besar terbuat dari besi. Bentuknya mengerucut. Untuk membuat lilin jumbo ini perlu waktu tiga hari, mulai dari merebus bahan hingga kering dan diberikan tulisan kanji. Lilin-lilin pesanan itu setelah kering dikeluarkan dari cetakan dan kembali dijemur. Lalu dipasangi stiker bertuliskan huruf China.

Lilin yang dipesan biasanya sepasang. Sebab itu berarti untuk kebutuhan suami dan istrinya. Isi pesan yang tertempel pada lilin intinya berisi ucapan memohon kesejahteraan keluarga, usahanya diberikan kelancaran dan keuntungan, sehingga bisa menabung. tgh/R-1

Semarak Lampion

Di Bandung, tepatnya di Gunung Batu yang berbatasan antara Bandung dengan Cimahi terdapat rumah produksi lampion. Produksi sebenarnya dilakukan setiap tahun, karena lampion juga menjadi lampu hiasan, bukan hanya lampion untuk perayaan tahun baru Imlek. Bentuknya bukan hanya bulat tapi ada yang berbentuk boneka-boneka lucu.

Rumah produksi L&D Art Lamp ini kian ramai dengan pekerja menjelang Imlek. Sebab pesanan lampion semakin meningkat. Khusus untuk lampion Imlek, ada bermacam ukuran sesuai pesanan. Tentunya memiliki harga berbeda.

Nah, keramaian lampion ini bisa dilihat di mal, restoran atau lokasi wisata khusus bernuansa China. Misalnya saja di kawasan Pecinan Kota Bandung, tepatnya di Jalan Kelenteng. Tidak jauh dari Vihara terdapat kawasan wisata unik, namanya China Town.

Menjelang Imlek, China Town ini semakin ramai dengan pernak-perniknya, terutama lampion. Sebuah ruangan kecil tepat disebelah kiri dari pintu masuk berisi beragam memorabilia, asesoris dan peninggalan tua yang sehari-hari dipakai saat itu. Khususnya terkait dengan budaya dan peralatan kuliner Tionghoa.

Konsep China Town didesain seperti Pecinan, memadukan unsur-unsur budaya khas Tionghoa dengan kultur Bandung yang identik dengan suasana ruang terbuka. Ornamen-ornamennya merupakan perpaduan antara ornamen Tionghoa dengan Sunda pribumi. tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top