Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana Alam - Curah Hujan Mengalami Peningkatan

Kementan Antisipasi Dampak La Nina

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) merespons potensi ancaman curah hujan ekstrem atau La Nina. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi, menyebutkan untuk mengantisipasi dampak La Nina perlu dilakukan koordinasi lintas sektoral.

Koordinasi itu, terang dia, terkait pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis) yang berada di wilayah rawan terdampak La Nina.

"Sektor pertanian memang paling rawan terkena dampak La Nina. Namun, menyikapi hal ini, Kementan berupaya untuk meminimalisir. Setiap puso harus dikompensasi di tempat lain, juga setelah banjir selesai harus tanam lagi," ujar Suwandi, di Jakarta, Senin (8/11).

Menurut Suwandi, ada beberapa strategi dan langkah antisipasi La Nina yang harus dilakukan. Pertama, update mapping wilayah rawan banjir dan endemis serangan organisme pengganggu tumbuhan.

Kedua, meningkatkan early warning system dan rutin memantau informasi BMKG. Ketiga, kesiap-siagaan Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsin dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling.

Keempat, pompanisasi in-out dari sawah, rehab jaringan irigasi tersier/ kuarter. Kelima, gunakan benih tahan genangan seperti Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang, dan sebagainya. Keenam, gunakan asuransi usaha tani padi dan/bantuan benih gratis bagi puso.

Ketujuh, lanjut dia, dengan mengompensasi luas tanam di daerah lain/ tidak terkena La Nina. Kedelapan, antisipasi panen raya saat hujan dengan alsin panen dan pascapanen dengan kostraling dryer, rice milling unit, silo, dan sebagainya).

Meskipun ada ancaman La Nina, namun Suwandi meyakini kondisi stok pangan aman dan lebih dari cukup. Sesuai rilis BPS bahwa produksi padi 2021 diperkiraan 55,27 juta ton gabah kering giling (GKG) lebih tinggi 620 ribu ton GKG dibanding 2020.

"Ini berkat berbagai program perluasan tanam, peningkatan Indek Pertanaman, peningkatan produktivitas, penggunaan varietas benih unggul, subsidi pupuk, dukungan kredit KUR dan lainnya," ujarnya.

Dukungan Kementan dalam menghadapi dampak La Nina sudah mulai dilakukan seperti dengan penyediaan embung yang dapat dimanfaatkan pada tahun 2021 sebanyak 400 unit, fasilitasi AUTP dengan alokasi seluas satu juta hektare tahun 2022, bantuan benih karena kejadian bencana alam, kompensasi luas tanam bagi lahan yang terdampak banjir, serta optimalisasi alsin panen dan pascapanen.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi, menekankan perlunya mapping wilayah rawan banjir, kekeringan dan OPT MH 2021/2022 untuk komoditas padi, jagung, dan kedelai sampai dengan level kabupaten/kota melalui SIKATAM TERPADU (https://katam.litbang.pertanian.go.id/.)

Serangan OPT

Takdir juga mengingatkan perlunya mengoptimalkan Brigade La Nina (Brigade DPI-OPT), Brigade Alsin dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling. Selain itu, Bantuan alsin (pompa air, traktor, dryer, RMU) dan sarana pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT)yang telah dialokasikan ke daerah akan disiagakan di lokasi rawan tersebut.

"Yang perlu diwaspadai juga adalah serangan OPT pascabanjir, terutama serangan tikus", pungkas Takdir.

Diketahui, memasuki musim penghujan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember 2021, dan mencapai puncaknya pada Januari-Februari 2022, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan, berkisar antara 20-70 persen di atas normalnya.

La Nina tahun ini diprediksikan memiliki dampak yang relatif sama seperti tahun sebelumnya.

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top