Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kemenparekraf Perkuat Daya Saing Wisata Halal di Tanah Air

Foto : Istimewa.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno saat membuka forum diskusi Penguatan Wisata Ramah Muslim di Destinasi Pariwisata di Kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/4).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekaf) akan terus meningkatkan daya saing dan prospek wisata halal Tanah Air di level Internasional. Langkah itu dilakukan setelah Indonesia untuk dua kalinya menduduki peringkat pertama atau Top Muslim Friendly Destination dalam Global Muslim Travel Index.

Saat membuka forum diskusi Penguatan Wisata Ramah Muslim di Destinasi Pariwisata di Kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan bahwa konsep dasar wisata halal yang seyogyanya adalah layanan tambahan (extended services) terkait 3A bagi wisatawan, terutama wisatawan muslim, perlu diketahui oleh khalayak untuk memperoleh dukungan dalam pengembangannya.

"Pengembangan pariwisata ramah Muslim di Indonesia juga perlu dilihat dari segi kontribusinya terhadap pengembangan ekonomi di Indonesia. Populasi masyarakat muslim telah mencapai 1,9 miliar jiwa pada 2021 dan diproyeksikan mencapai 2,2 miliar pada 2030 (Global Islamic Economy Report, 2022)," kata Sandiaga dalam keterangan tertulisnya Kamis (4/4).

Hal tersebut, tambahnya, menjadikan peningkatan pada permintaan bidang halal, termasuk di sektor pariwisata. Muslim di dunia membelanjakan 102 miliar dollar AS untuk perjalanan wisata (Global Islamic Economy Report, 2022), yang diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan hingga 189 miliar dollar AS pada 2025 (Global Muslim Travel Index, 2021).

"Angka pertumbuhan yang menjanjikan tersebut, membuat banyak negara mulai serius mengembangkan wisata halal. Bahkan, potensi wisata halal berkembang bukan hanya di negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), contohnya adalah Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan," kata Sandiaga.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekaf, Hariyanto mengatakan bahwa selain itu, tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia amat berpotensi untuk menjadi penggerak wisata ramah muslim yang terampil dalam mengembangkan destinasi. Sertifikasi halal merupakan komponen utama dalam pariwisata ramah muslim.

"Pariwisata menjadi sektor yang memiliki keterkaitan rantai nilai kegiatan yang luas dengan berbagai jenis usaha sehingga mampu menciptakan lapangan usaha yang luas bagi masyarakat. Penguatan sinergitas antar mata rantai pembentuk industri pariwisata harus selalu dibangun dan dikembangkan agar seluruh komponen dan sistem kepariwisataan dapat bergerak dan memberikan kontribusi serta perannya masing-masing dalam menciptakan produk dan pelayanan yang berkualitas bagi wisatawan," katanya.

Menurut Haryanto bahwa kompetisi sektor kepariwisataan menuntut kemampuan pelaku industri pariwisata untuk dapat mengembangkan dan menjaga kualitas produk serta kredibilitasnya sehingga memiliki daya saing dan memperoleh kepercayaan dari kalangan konsumen atau pasar.

"Penguatan destinasi wisata ramah muslim akan mendorong industri pariwisata untuk melaksanakan sertifikasi halal bagi produk-produknya karena produk pariwisata yang tersertifikasi halal sangat penting dalam penyelenggaraan pariwisata ramah muslim. Selain itu, sumber daya manusia yang berkecimpung dalam usaha pariwisata diharapkan memiliki standar yang relevan dengan standar internasional," katanya.

Potensi Besar

Pada kesempatan sama, Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Center and Indonesia Tourism Forum Prof. Dr. Sapta Nirwandar mengatakan Indonesia mempunyai potensi yang besar sebagai pusat industri halal dunia. Dalam tataran global penting bagi Indonesia untuk hadir di sektor industri halal.

"Pendapatan negara-negara muslim dunia termasuk Indonesia, juga menjadi modal besar untuk terus mengembangkan industri halal. Artinya, potensi pasar negara-negara muslim ini sangat besar dan itu harus dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai pusat industri halal dunia," katanya.

Bahkan, kata Prof Sapta, berbagai produk yang dihasilkan Indonesia tidak hanya diminati oleh negara-negara muslim namun juga negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim. Apalagi, saat ini cukup banyak pengusaha-pengusaha besar di dunia maju karena industri halal.

"Dapat disimpulkan bahwa wisata halal sama sekali tidak memiliki kaitan dengan agama, tetapi hanya menjadi layanan tambahan bagi para wisatawan muslim yang berlibur ke destinasi wisata sehingga tidak mengubah tatanan adat, nilai budaya, apalagi agama di negara-negara tersebut," tutupnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top