Kemenkes Diminta Masifkan PKMK untuk Atasi Stunting
Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Asmara.
Foto: antaraKemenkes diminta untuk memasifkan Gerakan Penyediaan Pangan olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) sebagai salah satu upaya mengatasi stunting di Tanah Air.
JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Asmara meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar memasifkan Gerakan Penyediaan Pangan olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) sebagai salah satu upaya mengatasi stunting di Tanah Air.
"PKMK ini saya ingin sampaikan, kalau rekomendasi yang disampaikan oleh WHO, ini kan terbukti efektif untuk catch up the growth (perbaikan gizi agar tumbuh kembang anak stunting dapat dikejar)," kata Dewi Asmara dalam video singkat sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube TVR Parlemen di Jakarta, Senin (10/6).
Ia pun meminta Kemenkes agar menjadikan program penanganan stunting, khususnya melalui penyediaan PKMK di tingkat pusat hingga daerah masuk ke dalam program dan anggaran prioritas Kemenkes pada tahun 2025 mendatang.
Sejauh ini, menurut Dewi, penanganan stunting di Indonesia belum terlaksana secara komprehensif dan sistematis. Dengan demikian ia meminta Kemenkes memaksimalkan program penurunan stunting baik di tingkat pusat maupun daerah.
Selain Dewi, persoalan stunting sebelumnya juga telah disorot oleh anggota Komisi IX DPR RI Nur Nadlifah. Ia mengungkapkan Komisi IX DPR RI berkomitmen untuk fokus menangani persoalan stunting pada penghujung masa jabatan mereka sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024.
Dengan demikian, kata dia, penanganan stunting dapat berjalan sesuai dengan harapan seluruh pihak.
Sebelumnya Dokter Spesialis Anak Yoga Devaera mengatakan PKMK berupa formula padat nutrisi untuk mengejar pertumbuhan anak dapat diberikan dengan variasi penyajian sehingga anak tidak bosan dan tetap patuh untuk mengonsumsinya.
Pemberian PKMK, kata dia, harus diresepkan melalui anjuran dokter. Berbeda dengan susu formula biasa, kata dia, PKMK merupakan pelengkap nutrisi harian yang ditujukan untuk anak yang mengalami pelambatan atau gangguan pertumbuhan.
"Salah satu caranya tentu menggunakannya tidak dalam bentuk cair. Karena kalau (susu) bentuk cair anaknya enggak suka dan enggak doyan, misalnya kita bisa memanfaatkan dalam bentuk padat," katanya.
Yoga mencontohkan PKMK yang bentuk aslinya cair bisa dipadatkan, seperti es loli, sehingga anak tidak bosan. Alternatif lain PKMK juga bisa dijadikan sebagai bahan tambahan pengganti santan atau air biasa untuk membuat puding.
Sesuai Jadwal
Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta pemerintah daerah (pemda) untuk mempercepat pelaksanaan audit kasus stunting sesuai jadwal yang telah ditentukan.
"Per 8 Juni 2024, realisasi Bantuan Operasional Keluarga Berencana Audit Kasus Stunting (BOKB AKS) kita belum mencapai 5 persen (4,89 persen), sebesar 2,03 miliar rupiah dari total anggaran 41,47 miliar rupiah. Apakah ini memang belum di-input (masukkan) atau masih seperti ini? Saya harap ada upaya percepatan pelaksanaan audit kasus stunting (dari pemda)," kata Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Ia juga meminta pemerintah provinsi serta kabupaten/kota untuk memperbarui aplikasi Monitoring, perencanaan, dan evaluasi (Morena) yang menjadi dasar pemetaan realisasi BOKB AKS. Ant/S-2
Berita Trending
- 1 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 2 Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
- 3 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
- 4 Ratusan Pemantau Pemilu Asing Tertarik Lihat Langsung Persaingan Luluk-Khofifah-Risma
- 5 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online