Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Myanmar I Jubir NUG: Junta Telah Berupaya Cegah Penyebaran Informasi Akurat

Kelompok Bersenjata Klaim Jatuhkan Jet Tempur Junta

Foto : AFP

Jet Tempur Junta l Sejumlah jet tempur milik Angkatan Udara Myanmar mengudara saat peringatan Hari Angkatan Bersenjata di Naypyidaw pada Maret Tahun lalu. Pada Minggu (12/11), kelompok pejuang antikudeta mengklaim mereka telah menembak jatuh sebuah jet tempur junta.

A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Sebuah jet tempur milik junta Myanmar jatuh di timur negara itu di mana pertempuran sedang berlangsung, kata junta pada Minggu (12/11), dan kelompok pejuang antikudeta mengklaim mereka telah menembak jatuhnya.

Myanmar saat ini telah terpecah oleh konflik sejak kudeta militer tahun 2021, dengan berbagai kelompok etnis bersenjata melawan junta di berbagai wilayah. Dalam dua pekan terakhir, pertempuran meningkat di Negara Bagian Shan utara, dekat perbatasan Tiongkok, yang menurut para analis merupakan tantangan militer terbesar bagi para jenderal sejak mereka merebut kekuasaan.

Jet tempur ringan, yang membawa dua pilot, jatuh pada Sabtu (11/11) antara Negara Bagian Kayin timur dan Kayah, dekat perbatasan Myanmar dengan Thailand.

Juru bicara junta, Zaw Min Tun, mengatakan kepada kantor berita milik pemerintah, MRTV, bahwa jet tersebut sedang dalam penerbangan pelatihan dan jatuh karena kerusakan mesin.

Zaw lalu mengatakan bahwa kedua pilot lalu berhasil melakukan kontak dengan militer.

"Hal ini terjadi ketika kelompok bersenjata di Negara Bagian Kayah dan junta bentrok selama akhir pekan," kata Zaw Min Tun kepada MRTV.

Sementara itu Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) mengaku telah menembak jatuh pesawat tersebut, namun tidak merinci bagaimana pesawat tersebut ditembak jatuh.

"Kami sedang mencari puing-puingnya dan kedua pilotnya sekarang," kata ketua KNDF, Khun Bedu, kepada AFP.

KNDF merupakan salah satu dari puluhan kelompok yang berjuang memulihkan demokrasi setelah tentara menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi.

Hampir 50.000 orang terpaksa mengungsi dalam pertempuran di Negara Bagian Shan, menurut PBB, setelah tiga kelompok anti-junta melancarkan serangan gabungan.

Tingkatkan Propaganda

Sementara itu kantor berita Radio Free Asia (RFA) pada Minggu melaporkan bahwa junta militer semakin banyak menggunakan media pemerintah untuk tujuan propaganda, namun di sisi lain juga terus melakukan tindakan keras terhadap media independen.

Junta telah meningkatkan penggunaan salurannya di aplikasi perpesanan Telegram untuk mendistribusikan informasinya, menurut para wartawan. Selain itu, ada sejumlah saluran Telegram pro-junta yang kemudian memperkuat propaganda junta.

"Masyarakat harus waspada terhadap berita palsu," Sein Win, editor manajemen ruang berita Mizzima Media. "Ini adalah strategi tradisional dan umum militer sejak dahulu kala. Orang-orang mungkin terjebak dalam propaganda mereka," imbuh dia.

Sejak melancarkan kudeta pada 1 Februari 2021, junta tercatat telah mencabut izin empat penerbit dan dua percetakan. Sekitar 14 media termasuk Mizzima, Republican Voice of Burma dan The Irrawaddy juga telah kehilangan izinnya.

Bulan lalu, pasukan junta menggerebek dan menutup outlet berita independen Development Media Group di Negara Bagian Rakhine, menangkap seorang reporter dan seorang penjaga. Outlet berita tersebut diketahui kerap meliput konflik bersenjata dan pelanggaran hak asasi manusia di negara bagian barat yang berbatasan dengan Bangladesh.

Namun media yang dikendalikan junta seperti Thazin FM terus beroperasi. Setiap hari Rabu, outlet tersebut menyiarkan program telewicara dengan publik yang sebagian besar peneleponnya hanya menirukan pokok pembicaraan yang disetujui junta, kata beberapa penduduk di wilayah Yangon dan Sagaing kepada RFA. AFP/RFA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top