Kekacauan Politik Berkepanjangan, Pemerintahan Prancis Tumbang dalam Mosi Tidak Percaya yang Bersejarah
PM Prancis, Michel Barnier sat di Majelis Nasional di Paris, ketika anggota parlemen Prancis memilih menggulingkan pemerintahannya setelah hanya tiga bulan menjabat karena konflik politik di negara tersebut, Rabu (4/12).
Foto: AFP/ALAIN JOCARDPARIS – Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 60 tahun, Majelis Nasional Prancis menyetujui mosi tidak percaya terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.
Anggota parlemen Prancis pada hari Rabu (5/12) memilih untuk menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Michel Barnier setelah hanya tiga bulan menjabat, sebuah langkah bersejarah yang semakin menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan politik.
Seperti dikutip dari Hindustan Times, untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam puluh tahun, majelis rendah Majelis Nasional menggulingkan pemerintah petahana, menyetujui mosi tidak percaya yang diajukan oleh kelompok kiri keras, tetapi secara krusial didukung oleh kelompok kanan ekstrem yang dipimpin oleh Marine Le Pen.
Pengusiran cepat Barnier dari jabatannya terjadi setelah pemilihan umum parlemen dadakan musim panas ini yang mengakibatkan parlemen yang tidak memiliki suara mayoritas, tidak ada satu partai pun yang memperoleh suara mayoritas, dan partai sayap kanan memegang kunci bagi kelangsungan hidup pemerintah.
Presiden Emmanuel Macron sekarang menghadapi pilihan yang tidak mengenakkan, yaitu memilih pengganti yang layak dengan masa jabatan kepresidenannya yang tersisa lebih dari dua tahun.
Anggaran Penghematan
Majelis Nasional memperdebatkan usulan yang diajukan oleh kelompok kiri keras dalam kebuntuan mengenai anggaran penghematan tahun depan, setelah perdana menteri pada hari Senin meloloskan rancangan undang-undang pembiayaan jaminan sosial tanpa pemungutan suara.
Barnier, yang dilantik oleh Presiden Emmanuel Macron pada September untuk memimpin pemerintahan minoritas setelah pemilu parlemen yang tidak menghasilkan mayoritas, menunjukkan ketenangannya di tengah situasi yang sulit.
"Saya tidak takut," ujar Barnier, beberapa saat sebelum parlemen memutuskan nasib pemerintahannya. "Saya jarang merasa takut dalam hidup politik saya," tegasnya, dilansir AFP.
Barnier memulai karier politiknya pada usia 27 tahun sebagai anggota parlemen dari wilayah Haute Savoie, kawasan Pegunungan Alpen yang sering ia sebut sebagai asal usul pendekatan metodisnya dalam bekerja.
Ia kemudian menduduki berbagai posisi penting, termasuk sebagai Menteri Luar Negeri dan Komisaris Uni Eropa, sebelum kembali ke panggung politik nasional.
- Baca Juga: Trump Janji Akhiri 'Kemunduran Amerika'
- Baca Juga: Taiwan Diguncang Gempa Bumi dengan Magnitudo 6,0
Ketika diangkat menjadi Perdana Menteri, Barnier yang kini berusia 73 tahun menjadi yang tertua dalam sejarah modern Prancis, menggantikan Gabriel Attal yang berusia 35 tahun. Namun, meskipun memiliki pengalaman panjang, Barnier mengakui bahwa ia tidak tertarik mempertahankan jabatan tersebut dengan segala cara.
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 3 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland
- 4 Harus Kerja Keras untuk Mewujudkan, Revisi Paket UU Politik Tantangan 100 Hari Prabowo
- 5 Pemerintah Dorong Swasta untuk Bangun Pembangkit Listrik
Berita Terkini
- Trump Tinggalkan Perjanjian Iklim Paris, PBB: Pintu Masih Terbuka bagi AS
- TikTok Akan Kembali Beroperasi di AS Setelah Pelantikan Trump
- Menu Susu MBG Diprioritaskan untuk Daerah Penghasil Susu
- Robert Pattinson ke Korea Selatan Promosi Film Baru
- Hapus Program LGBT Era Biden, Trump: Hanya Ada 2 Jenis Kelamin, Laki-laki dan Perempuan