Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kejahatan Jalanan Makin Merajalela

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Belakangan kejahatan jalanan seperti begal, jambret, dan penodongan semakin merajalela. Para pelaku juga tambah beringas. Mereka menggunakan senjata tajam sampai senjata api. Penjahat bahkan tega menembak atau melukai korban-korbannya. Contoh terbaru terjadi di Tangerang yang menimpa seorang ibu. Wanita itu ditusuk dan ditembak penjahat yang akan mencuri sepeda motor yang tengah diparkir saat antre di pertokoan. Belakangan korban meninggal.

Belum lama juga terjadi penjambretan di jalan Ahmad Yani, Jakarta. Korban yang tengah membonceng ojek online akhirnya terjatuh saat tas dijambret. Korban ini juga akhirnya meninggal. Penodongan di kawasan Pondok Indah merampas telepon genggam dan sepeda motor senilai 35 juta rupiah. Beruntung komplotan ini sudah ditangkap Polres Jakarta Selatan.

Salah satu Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden, Armedy Dewanga, juga menjadi korban perampokan dengan modus kempes ban, di kawasan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, 8 Juni 2018. Dia diteriaki ban mobilnya kempes. Saat turun, dia lalu ditodong dan sejumlah barang diambil dari dalam mobilnya.

Itu sekadar contoh kecil dari kejadian yang makin meluas. Kejahatan jalanan semakin meresahkan karena para penjahat selain tega, kejam, dan terang-terangan, tak segan menembak atau melukai korban. Ini yang mengerikan. Mereka berani beroperasi di keramaian. Masyarakat bertanya-tanya ada apa ini, tiba-tiba dalam dua bulan belakangan kejahatan jalanan seakan tampil bersamaan. Mereka beroperasi dalam waktu tak beda lama atau bahkan dalam hari yang sama.

Apakah ini kejahatan terorganisasi yang digerakkan untuk memberi kesan keamanan mengkhawatirkan, apalagi menjelang perhelatan terbesar Asia, Asian Games. Jika sampai Asian Games kejahatan jalanan Jabodetabek tak teratasi, bisa menimbulkan kegawatan persepsi atlet-atlet asing.

Padahal, Indonesia baru saja diberi predikat negara kesembilan teraman oleh sebuah hasil jajak pendapat tahunan dari institusi penelitian bergengsi, Gallup, yang berkantor di Washington DC Amerika Serikat. Dalam Gallup 2018, Global Law and Order Report, Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara teraman dunia.

Survei Gallup berdasarkan tingkat ketertiban dan hukum yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-9. Peringkat pertama dimenangkan Singapura. Kemudian, diikuti Norwegia, Islandia, Finlandia, Uzbekistan, Hong Kong, Swiss, dan Kanada. Ini menjadi tantangan aparat keamanan untuk menjawab "status Gallup" tadi. Setiap hari kejahatan jalanan yang sadis terus menyeruak di Jabodetabek.

Untuk menjawab gerak penjahat jalanan, Polda Metro Jaya menerjunkan 1.000 personel untuk merazia begal dan jambret DKI Jakarta dan sekitarnya. Polisi diperintahkan menembak mati penjambret dan begal. Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Idham Azis, mengatakan operasi terhadap preman tersebut terbadi 16 tim terdiri dari 13 tim Polres dan tiga tim Polda Metro Jaya dengan 1.000 personel. Razia akan digelar selama satu bulan, 4 Juli hingga 4 Agustus. Sasaran utama operasi jalan raya, stasiun, terminal, dan pusat-pusat perbelanjaan. Idham juga memerintahkan anak buahnya untuk menembak pelaku jika dinilai membahayakan masyarakat dan petugas.

Yang lebih memprihatinkan di antara pelaku banyak yang masih remaja. Ini tentu menggelisahkan, mengapa anakanak sampai terlibat kejahatan serius, terorganisasi, dan sadis seperti itu. Mau jadi apa generasi macam itu? Semoga saja kemunculan nyaris beramai-ramai kejahatan jalanan ini bukan sebagai sebuah operasi intelijen yang dilakukan para pengacau untuk mendiskreditkan aparat keamaan dan negara. Para penjahat politik memang kerap kali menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Mereka tak segan melukai, membunuh, dan perilaku destruktif lainnya.

Komentar

Komentar
()

Top