Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kehilangan Gambut Berarti Indonesia Kehilangan Aset Berusia 13 Ribu Tahun

Foto : The Conversation/CIFOR/Nanang Sudjana

Hutan gambut di Desa Parupuk, Katingan, Kalimantan Tengah.

A   A   A   Pengaturan Font

Pemulihan gambut berbasiskan sains

Peatland Restoration Technical Expert dari World Resources Institute, Eli Nur Nirmala Sari, sempat mengulas pentingnya pelaksanaan restorasi gambut yang berbasiskan sains. Jika pemulihannya dilaksanakan setengah-setengah, lahan gambut justru bisa melepaskan emisi gas rumah kaca ke atmosfer, bahkan tetap rawan terbakar.

Salah satu yang patut diperhatikan, kata dia, adalah penerapan standar pemulihan lahan gambut yang sesuai dengan karakteristik asli di daerah masing-masing.

Saat ini, untuk program pembasahan kembali (rewetting), misalnya, pemerintah masih memukul rata standar kebasahan berupa tingkat muka air (TMA) paling rendah 40 cm di bawah permukaan gambut. Tujuannya untuk menjaga gambut tetap basah guna meredam pelepasan emisi sekaligus mencegah kebakaran.

"Kami menghitung pembatasan tingkat muka air 40 cm atau pembatasan drainase 40 cm, akan tetap menghasilkan emisi sebesar 9,8 ton karbon (tC) per hektare per tahun. Perhitungan ini berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan, setiap penurunan 10 cm tinggi muka air pada lahan gambut akan melepaskan emisi sebesar 2,45 tC/ha/tahun," tulis Eli dalam artikelnya di The Conversation Indonesia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top