Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Ketimpangan Pendapatan

Keadilan Sosial dan Ekonomi Solusi Tangkal Radikalisme

Foto : ANTARA/ARNAS PADDA

KONTRIBUSI UMKM I Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan berbahan rotan di salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kelurahan Marang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 60,5 persen.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah melalui aparat penegak hukum dan para pemimpin agama terus berupaya menangkal radikalisme karena sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berbagai gerakan-gerakan yang muncul mengindikasikan adanya upaya merongrong Pancasila sebagai dasar negara.

Menanggapi hal itu, peneliti Pusat Riset dan Pengabdian Masyarakat (PRPM) Institut Shanti Bhuana, Bengkayang Kalimantan Barat, Siprianus Jewarut mengatakan solusi yang efektif untuk menangkal radikalisme adalah Pemerintah menerapkan kebijakan-kebijakan yang bisa mengatur semua warga negara, sehingga tercipta satu keadilan sosial dan ekonomi kepada segenap lapisan masyarakat.

"Jika tidak, jangan heran kalau anak-anak muda yang miskin akan mudah sekali dimasukin aliran yang keras dan radikal," kata Siprianus.

Kebijakan di sektor keuangan misalnya, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter harus membuat regulasi yang dinilai adil bagi semua pelaku ekonomi termasuk masyarakat. "Jangan membuat lagi kebijakan seperti di masa lalu terutama kebijakan ke perbankan yang pernah membuat ekonomi Indonesia hancur karena di sana ada korupsi, nepotisme, dan salah urus serta pembiaranw," katanya.

Bank Indonesia paparnya, jangan membuat kebijakan yang hanya menguntungkan perbankan. Mereka membuat suku bunga acuan rendah yang mengakibatkan bank-bank memberi suku bunga dana atau simpanan rendah. Di sisi lain, regulator tidak bisa mengontrol bank-bank dalam menetapkan suku bunga kredit. Akibatnya, marjin bunga bank sangat tebal, karena selisih bunga dana dan kredit yang jomplang.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top